Bisnis.com, JAKARTA -- Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan pasar obligasi akan dibuka melemah pada perdagangan Jumat (29/3/2019).
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan setelah sekian lama bertahan, pasar obligasi harus mengalami penurunan. Menurutnya, tantangan yang harus dihadapi hari ini adalah lira Turki yang terus memimpin penurunan mata uang emerging market.
Penurunan yang terjadi sudah memasuki hari ketiga, yang diakibatkan oleh prospek pertumbuhan ekonomi global yang memburuk. Lira terus turun hingga 4,2% dan ini akan mendorong investor asing untuk melakukan penjualan pada aset-aset yang berisiko.
Namun, Nico menilai Bank Indonesia (BI) kali ini cepat tanggap dalam menanggapi pelemahan lira. Bank sentral menyatakan apa terjadi di Turki merupakan masalah domestik dan telah berjanji akan campur tangan terhadap mata uang serta obligasi apabila dibutuhkan.
Kabar berikutnya datang dari penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, yang menyampaikan bahwa AS siap untuk terus bernegosiasi dengan China selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan perdagangan. Perjanjian dagang yang dicapai diyakini akan memastikan China terus meningkatkan akses pasar dan kebijakan hak kekayaan intelektual untuk perusahaan AS.
Pada Kamis (28/3), perwakilan AS yaitu Robert Lighthizer dan Steven Mnuchin makan malam bersama delegasi China. Hari ini, kedua pihak bakal melanjutkan pembicaraan dagang selama sehari penuh.
Setelah itu, perundingan akan dilanjutkan pada pekan depan, di mana Wakil Perdana Menteri (PM) China Liu He dijadwalkan berkunjung ke AS untuk bertemu delegasi AS dan Presiden AS Donald Trump.
Kudlow juga mengungkapkan ada kemungkinan AS akan menghapus beberapa tarif pada sebagian barang impor dari China. Adapun pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk mengakhiri perang dagang akan terjadi pada akhir April 2019.
Dari sentimen Brexit, PM Inggris Theresa May masih berjuang keras untuk membuat Brexit disetujui di Parlemen demi menghindari penundaan panjang lepasnya Inggris dari Uni Eropa (UE). Parlemen Inggris telah dua kali menolak proposal yang diajukannya.
Pekan ini, masih ada satu pemungutan suara lagi di Parlemen untuk menentukan apakah proposal May bakal disetujui atau kembali ditolak. Jika ternyata kali ini pun Brexit tidak mendapat persetujuan dari Parlemen, maka Inggris harus memilih antara pergi tanpa kesepakatan pada 12 April 2019 atau menunda Brexit dalam jangka waktu panjang dan mengambil bagian dalam pemilihan Parlemen Eropa.
Nico melanjutkan sebagai perhatian untuk Jumat (29/3), imbal hasil obligasi US Treasury 10 tahun hari ini telah kembali ke titik terendah sejak 2017, meskipun saat ini sedang uji support pada level 2,34.
"Apabila titik ini tembus, maka berpotensi untuk terus mengalami penurunan hingga 2,26. Harap mewaspadai pergerakan pasar hari ini. Kami merekomendasikan jual hari ini," paparnya dalam riset harian, Jumat (29/3).
Pada perdagangan Kamis (28/3), imbal hasil obligasi Zona Amerika ditutup bervariasi, didominasi oleh kenaikan imbal hasil. Kenaikan imbal hasil terbesar terjadi di Meksiko (7,96%, +3,8), sedangkan penurunan terdalam di Brasil (8,87%, -45,7).
Imbal hasil Zona Eropa ditutup bervariasi dengan didominasi oleh kenaikan imbal hasil. Kenaikan terbesar terjadi di Spanyol (1,08%, +3,4), sedangkan penurunan terdalam di Siprus (-1,55%, -2,2).
Imbal hasil Asia Pasifik ditutup bervariasi, didominasi oleh penurunan imbal hasil. Kenaikan imbal hasil terbesar terjadi di Indonesia (7,61%, +3,3), sedangkan penurunan terdalam di Filipina (5,56%, -17,5).
Di sisi lain, rupiah ditutup menguat di level Rp14.243 dibandingkan hari sebelumnya yang berada di posisi Rp14.195.