Bisnis.com, JAKARTA--MNC Sekuritas memperkirakan bahwa pada perdagangan hari ini, Kamis (28/3/2019), harga surat utang negara atau SUN masih bergerak bervariasi. Hal tersebut karena adanya kemungkinan koreksi yang didorong oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
I Made Adi Saputra Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas mengatakan bahwa selain itu, para pelaku pasar juga akan melakukan aksi wait and see terlebih dahulu atas minimnya sentimen baik dari global maupun domestik.
Dengan masih terbukanya peluang terjadinya koreksi harga, Made sarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga SUN dengan fokus pada seri SUN dengan tenor pendek dan menengah.
"Arah pergerakan harga SUN masih akan banyak dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati di antaranya adalah sebagai berikut ini : FR0070, FR0056, FR0071, FR0059, FR0053 dan FR0058," katanya dalam riset harian, Kamis (28/3/2019).
Review Perdagangan Kemarin (Rabu, 27/3/2019)
Pada perdagangan Rabu (27/3/2019), harga SUN bergerak dengan arah bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serta minimnya sentimen dari ekternal.
Perubahan harga SUN mencapai 44 bps dengan rata-rata penurunan sebesar 4,1 bps yang mendorong adanya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 5 bps.
Sementara itu, untuk keseluruhan seri acuannya mengalami penurunan harga. Adapun untuk tenor 5 tahun dan 10 tahun didapati penurunan harga masing-masing sebesar 2 bps dan 10 bps yang mendorong naiknya imbal hasil sebesar 0,4 bps di level 7,049% dan 1,4 bps di level 7,601%.
Untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 26 bps dan 1 bps yang mengakibatkan kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 3 bps di level 8,040% dan 0,0 bps di level 8,100%.
Pada perdagangan kemarin, perubahan harga SUN bergerak dengan arah yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan.
Hal ini masih dipengaruhi oleh faktor nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang mengalami penurunan di sepanjang sesi perdagangan.
Kenaikan harga didapati pada keseluruhan seri acuan SUN berdonominasi mata uang dolar Amerika. Adapun untuk harga seri INDO24 mengalami kenaikan harga sebesar 6,8 bps yang mendorong penurunan imbal hasil sebesar 1,5 bps di level 3,479%.
Seri INDO29 dan INDO44, keduanya mengalami kenaikan harga masing—masing sebesar 40 bps dan 72,2 bps sehingga berdampak kepada penurunan tingkat imbal hasil masing-masing di level 3,839% dan 4,767%.
Sementara itu, untuk seri INDO49 mengalami kenaikan harga sebesar 84 bps yang mengakibatkan turunnya tingkat imbal hasil sebesar 4,8 bps di level 4,652%.
Volume perdagangan surat berharga negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp20,56 triliun dari 52 seri SUN yang ditransaksikan.
Seri FR0078 menjadi SUN dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,64 triliun dari 63 kali transaksi di harga rata - rata 104,29% yang diikuti oleh perdagangan obligasi negara seri FR0068 senilai Rp3,10 triliun dari 67 kali transaksi di harga rata - rata 99,50%.
Adapun untuk perdagangan sukuk negara, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi sukuk negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp1,15 triliun dari 9 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS016 sebesar Rp55,50 miliar untuk 7 kali transaksi.
Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih besar daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,35 triliun dari 46 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp352,05 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 100,10%.
Selanjutnya, diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap IV Tahun 2019 Seri A (BNII02ACN4) dan Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap II Tahun 2018 Seri B (WSKT03BCN2) masing—masing senilai Rp113,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan Rp113,00 dari 10 kali perdagangan di harga rata—rata 95,65%
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika pada perdagangan kemarin mengalami pelemahan sebesar 24 pts (0,16%) di level 14195,00 per dolar Amerika.
Pergerakan nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan di mana diikuti pelemahan sebagian besar mata uang regional.
Mata uang yen Jepang (JPY) satu-satunya mata uang regional yang mengalami penguatan sebesar 0,29%.
Adapun mata uang yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang baht Thailand (THB) sebesar 0,37% dan diikuti pelemahan mata uang peso Filipina (PHP) dan mata uang rupiah Indonesia (IDR) masing-masing sebesar 0,33% dan 0,16%.
Sementara itu, mata uang dolar Singapura (SGD) dan mata uang renminbi China melemah sebesar 0,13% dan 0,12% terhadap dolar Amerika.
Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,7bps di level 2,365% dan 1,1 bps di level 2,81%.
Adapun tingkat imbal hasil US Treasury yang mengalami penurunan ini, seiring dengan kondisi pasar saham Amerika yang mengalami koreksi, dimana indeks DJIA turun sebesar 13 bps di level 25625,59 dan indeks NASDAQ ditutup melemah sebesar 63 bps di level 7643,38.
Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan tenor 30 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan masing-masing di level 1,029% dan 1,551%.
Adapun untuk imbal hasil obligasi Jerman (Bund) untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan di level –0,073% sedangkan untuk tenor 30 tahunnya turun di level 0,54%.