Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

REKOMENDASI SAHAM : Mampukah Saham Indofood (INDF) Menguat hingga Rp8.500?

Meski kinerja saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk. kurang memuaskan sepanjang tahun berjalan 2019, tetapi saham Grup Salim itu diperkirakan mampu terus naik hingga ke level Rp8.500.
Indofood/Antara
Indofood/Antara

Bisnis.com, JAKARTA— Meski kinerja saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk. kurang memuaskan sepanjang tahun berjalan 2019, tetapi saham Grup Salim itu diperkirakan mampu terus naik hingga ke level Rp8.500.

Pada perdagangan Senin (25/3/2019), saham INDF ditutup pada level Rp6.775, turun 625 poin atau melemah 8,45%. Secara year to date, saham INDF telah melemah 9,06%. 

Meski demikian, untuk jangka 6 bulan terakhir, saham INDF telah menguat 12,92%. Saham INDF saat ini diperdagangan dengan price earning ratio (PER) 14,29 kali dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp59,49 triliun. 

Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan 2018 audited, INDF membukukan penjualan bersih sebesar Rp73,34 triliun, tumbuh 4,57% secara tahunan. Adapun, laba bersih yang dibukukan sebesar Rp4,17 triliun, relatif stabil dari perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp4,16 triliun. 

Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya Analis mempertahankan rekomendasi beli terhadap saham INDF dengan target harga Rp8.500 dengan potensi kenaikan 15% dan yield 3%, yang mencerminkan proyeksi PE 2019 dan 2020 masing-masing 12 kali dan 10 kali. 

"Proyeksi ertumbuhan pendapatan 2019 kemungkinan didorong oleh ICBP dan Bogasari," katanya dikutip dari riset RHB Sekuritas yang dirilis pada 25 Maret 2019.  

Dalam riset tersebut, penjualan 2019 diperkirakan sebesar Rp86,70 triliun dan 2020 sebesar Rp93,59 triliun. Adapun, laba bersih 2019 diperkirakan Rp4,55 triliun dan pada 2020 sebesar Rp5,33 triliun, atau masing-masing tumbuh 9,3% dan 17,1% secara tahunan.  

Dia mengatakan, raihan laba bersih mencapai 102% dan 106% dari estimasi analis dan konsensus Bloomberg. Pendapatan divisi agribisnis yang lebih rendah diimbangi oleh pendapatan ICBP dan Bogasari yang lebih tinggi. 

Sebagai informasi, penjualan divisi produk konsumen bermerek naik 8,91% secara tahunan, didorong penjualan mie yang kuat. Adapun, divisi Bogasari naik 11,20% secara tahunan didorong oleh volume dan kenaikan rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) yang lebih tinggi. 

Sejak Juli 2018, Bogasari telah menaikkan harga jualnya. Dengan demikian, terjadi kenaikan ASP sekitar 13%-15% sepanjang 2018, sehingga menyebabkan margin EBIT yang lebih lebar pada kuartal IV/2018 sebesar 8,6%, dari 4,1% pada kuartal III/2018.

Sementara itu, pendapatan divisi agribisnis yang lebih rendah didorong penurunan ASP untuk produk kelapa sawit dan inti sawit. Di segmen minyak dan lemak nabati, INDF diuntungkan oleh penurunan harga CPO, tetapi peningkatan kinerja divisi ini tidak dapat mengimbangi kerugian di divisi perkebunan. 

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan dalam jangka pendek, saham INDF sudah downtrend dengan support terdekat Rp6.750 dan support berikutnya pada Rp6.500. 

Sementara itu, dalam jangka panjang, kinerja saham INDF diperkirakan masih bagus. William memperkirakan saham INDF hanya dapat mencapai di sekitar Rp8.000an. 

Dia memberikan rekomendasi wait and see terhadap saham INDF. "Kalau mau koreksi dulu, jangan dilawan. Kalau support yang saya berikan tadi tidak ditembus baru bisa masuk lagi," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper