Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Produk Reksa Dana pada Februari Menyusut, Ini Alasannya

Jumlah produk reksa dana yang tersebar di pasar per Februari tercatat berkurang akibat banyaknya produk reksa dana terproteksi yang jatuh tempo.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA —Jumlah produk reksa dana yang tersebar di pasar per Februari tercatat berkurang akibat banyaknya produk reksa dana terproteksi yang jatuh tempo.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah reksa dana pada Februari tercatat sebanyak 2.095 produk atau berkurang sebanyak 5 produk dibandingkan pada bulan sebelumnya sebanyak 2.110.

Sementara itu, nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana masih mencatatkan kenaikan sebesar 0,49% menjadi Rp523,50 miliar dari bulan sebelumnya sebesar Rp520,91 miliar.

Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyampaikan, berkurangnya produk reksa dana yang beredar tersebut disebabkan oleh beberapa reksa dana terproteksi yang berkurang.

“Karena kemungkinan besar ada [reksa dana terproteksi] yang jatuh tempo dan belum diganti dengan produk baru. Jadinya turun,” kata Wawan baru-baru ini.

Adapun, selain faktor manajer investasi yang kurang cepat mengganti produk yang telah jatuh tempo, kekurangan tersebut bisa juga disebabkan oleh jumlah produk baru yang diterbitkan tak sebanyak produk yang telah jatuh tempo.

Wawan menilai, hal tersebut lantas tidak menjadi sentimen negatif untuk industri reksa dana karena produk terproteksi biasanya tergantung dengan ketersediaan produk. “Bisa jadi memang barang yang dicari belum tersedia di Maret, sehingga turun. Tapi bisa jadi di April naik lagi. Umum saja,” imbuh Wawan.

Kendati selama 2 bulan terakhir telah terdapat beberapa produk reksa dana terproteksi yang mendapat izin dari KSEI, produk tersebut masih perlu memasuki masa penawaran selama dua pekan sebelum diterbitkan di pasar. Sehingga, jumlahnya tak langsung bertambah.

Wawan melanjutkan, sebenarnya jumlah reksa dana juga bukan tolok ukur dalam melihat pertumbuhan minat di industri reksa dana.

“Yang dilihat itu harus lebih dari jumlah unit. Karena kan investor bisa saja bukan beli reksa dana baru tapi masuk ke reksa dana yang sudah ada. Dan kalau saya lihat Januari—Februari kan jumlah unitnya naik cukup baik,” tutur Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper