Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perusahaan Kilang Jepang Tunggu Keringanan dari AS Sebelum Impor Minyak dari Iran

Perusahaan-perusahaan kilang minyak Jepang tidak akan mungkin terus mengimpor minyak dari Iran mulai April mendatang, kecuali Jepang mendapat keringanan perpanjangan dari Pemerintah AS.
Ilustrasi kilang lepas pantai./Bloomberg-Tim Rue
Ilustrasi kilang lepas pantai./Bloomberg-Tim Rue

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan-perusahaan kilang minyak Jepang tidak akan mungkin terus mengimpor minyak dari Iran mulai April mendatang, kecuali Jepang mendapat keringanan perpanjangan dari Pemerintah AS.

Demikian menurut Takashi Tsukioka, presiden Asosiasi Perminyakan Jepang (PAJ), seperti dikutip dari Reuters, Rabu (20/3/2019).

Dia mengatakan, pihaknya yakin pemerintah Jepang sedang bernegosiasi dengan AS untuk mendapatkan keringanan. Pihaknya pun mendukung upaya tersebut.

Perusahaan-perusahaan kilang Jepang telah mendorong pemerintah untuk meminta perpanjangan sanksi pengecualian A.S. setelah periode pembebasan 180 hari awal berakhir pada awal Mei.

Para pejabat Jepang dan AS bertemu minggu lalu di Washington untuk membahas sanksi AS terhadap Iran, menurut sebuah pernyataan dari kementerian luar negeri Jepang.

"Jepang telah memberi tahu AS bahwa sanksi itu tidak boleh berdampak negatif pada pasokan energi Jepang yang stabil dan operasi perusahaan Jepang," kata seorang pejabat di kementerian industri Jepang, meskipun menolak mengomentari hasil pembicaraan.

Sementara itu, harga minyak turun pada hari Rabu, terseret ke bawah oleh kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global karena gemuruh perselisihan perdagangan AS dan China.

Hingga pukul 20:24, harga minyak West Texas Intermediate melemah 0,37% atau 0,22 poin di level US$59,09 per barel. Sementara harga minyak Brent menguat tipis 0,01% atau 0,04 poin di level US$67,63 per barel.

Perang dagang selama delapan bulan antara Cina dan Amerika Serikat telah mengkhawatirkan pasar global yang sudah khawatir dengan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Tetapi ada sinyal beragam bahwa kebuntuan antara dua ekonomi top dunia akan segera terselesaikan.

Sebuah laporan Bloomberg pada Selasa mengutip kekhawatiran di antara para pejabat AS bahwa China mendorong kembali permintaan Amerika secara singkat melemahkan harga minyak sebelum harga kedua tolok ukur kembali mendekati tertinggi empat bulan.

Namun, Washington mengumumkan bahwa Menteri Keuangan Steven Mnuchin berencana untuk melakukan perjalanan ke China minggu depan untuk putaran pembicaraan perdagangan lainnya dengan para pejabat senior China.

"Pembicaraan perdagangan AS-China terus menghadirkan risiko biner untuk pasar minyak dan aset berisiko lainnya," kata ahli strategi BNP Paribas Harry Tchilinguirian kepada Reuters Global Oil Forum seperti dikutip dari Reuters, Rabu (20/3/2019).

Analis lainnya mengatakan pelambatan ekonomi dapat segera mengurangi konsumsi bahan bakar, menahan minyak mentah.

"Kekhawatiran pertumbuhan global dan kekhawatiran kelebihan pasokan yang sedang berlangsung menciptakan hambatan bagi komoditas," kata Lukman Otunuga, analis broker berjangka FXTM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper