Bisnis.com, JAKARTA — Emiten perkebunan, PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) menyatakan persediaan CPO semakin berkurang seiring dengan meningkatnya permintaan penjualan.
Head of Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma mengungkapkan, produksi CPO pada Januari-Februari 2019 dalam kategori cukup baik dan bertumbuh dua digit dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Volume penjualan melebihi produksi 2 bulan, sehingga persedian kami menurun secara progresif," ungkapnya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (21/3/2019).
Adapun, persediaan yang dimiliki SGRO pada September 2019 mencapai 50.000 ton. Pada akhir 2018, perseroan berhasil menurunkan persediaan menjadi sekitar 23.000 ton.
Sebelumnya, Michael memproyeksikan, persediaan SGRO pada Maret 2019—April 2019 bisa mencapai 25.000 ton.
Di Bursa Malaysia, harga CPO pada perdagangan Kamis (21/3/2019) pukul 14.50 WIB berada naik 14 poin menuju level 2.178 ringgit per ton pada kontrak Juni 2019. Sementara itu, untuk kontrak Juli 2019 telah mencapai level 2.220 ringgit per ton.
Michael juga mengharapkan, black campaign yang dilakukan oleh Uni Eropa bisa diatasi dengan segera oleh pemerintah dan juga oleh industri secara bersamaan.
Pada 2019, Sampoerna Agro mengalokasikan belanja modal senilai Rp600 miliar--Rp800 miliar. Adapun komposisi belanja modal tersebut sebesar 53% untuk perkebunan sawit-karet dan sisanya akan digunakan untuk membangun aset bersifat tetap seperti bangunan, infrastruktur dan rumah.
Lebih rinci, SGRO berencana melakukan penanam baru kebun kelapa sawit seluas 2.000--4.000 ha pada 2019. Untuk realisasi penambahan lahan tertanam mencapai 2.000 ha pada 2018. Selain itu, capex yang dialokasikan SGRO juga telah memperhitungkan penanaman karet sekitar 1.000--2.000 ha pada 2019