Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia menguat tipis pada perdagangan Rabu (27/2/2019) setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell memperkuat perubahan kebijakan bank sentral AS baru-baru ini ke arah pendekatan yang lebih "sabar".
Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau menguat 0,1% pada awal perdagangan, tidak jauh dari level tertinggi lima bulan yang dicapai pada hari Senin. Sementara itu, indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,4%.
Dilansir Reuters, Powell mengatakan kepada anggota parlemen AS saat ia menguraikan pendekatan bank sentral terhadap ekonomi bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk membuat penilaian tentang perubahan lebih lanjut pada suku bunga.
Dalam dua jam kesaksian kepada Komite Perbankan Senat, Powell menguraikan "sinyal yang saling bertentangan" yang telah diuraikan oleh The Fed dalam beberapa pekan terakhir, termasuk data penjualan ritel yang mengecewakan dan aspek-aspek ekonomi lainnya yang kontras dengan lapangan kerja yang stabil, pertumbuhan upah, dan pengangguran rendah yang sedang berlangsung.
Lebih banyak bukti dari gejolak ekonomi yang dipaparkan dalam pidatonya, termasuk data perumahan AS yang lebih lemah dari yang diperkirakan dan laporan kepercayaan konsumen yang cerah.
Data pembangunan rumah AS jatuh ke level terendah lebih dari dua tahun pada Desember karena konstruksi perumahan keluarga tunggal menurun, yang membayangi pemulihan kepercayaan konsumen pada Februari setelah tiga bulan mengalami penurunan.
Poin data yang kontras membuat Wall Street melemah, dengan benchmark S&P 500, Dow Jones Industrial Average dan Nasdaq Composite masing-masing turun 0,1%.
"Komentar Ketua Powell yang netral dan data ekonomi yang dirilis semalam yang beragam, tidak cukup untuk memberikan implikasi bagi kebijakan The Fed dan arah ke pasar," kata Yasuo Sakuma, kepala investasi di Libra Investments, seperti dikutip Reuters.
Fokus investor masih tertuju pada proses pertemuan tingkat tinggi AS-Korea Utara, yang dijadwalkan akan dimulai di Hanoi pada hari ini.
Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dijadwalkan bertemu untuk kedua kalinya. Investor berspekulasi bahwa hubungan pribadi mereka dapat memecahkan kebuntuan mengenai denuklirisasi Korut dan akhir dari permusuhan yang berlangsung lebih dari 70 tahun.