Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Curah Hujan Tinggi, Begini Kinerja Operasional United Tractors Januari 2019

Kinerja operasional PT United Tractors Tbk. menunjukkan peningkatan pada Januari 2019.
Aktivitas bongkar muat batu bara di salah satu tempat penampungan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (3/10/2018)./ANTARA-Irwansyah Putra
Aktivitas bongkar muat batu bara di salah satu tempat penampungan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (3/10/2018)./ANTARA-Irwansyah Putra

Bisnis.com, JAKARTA — PT United Tractors Tbk. melaporkan pertumbuhan sejumlah kinerja operasional secara tahunan pada Januari 2019.

Berdasarkan laporan operasional perseroan Januari 2019, emiten berkode saham UNTR itu mencatat pertumbuhan di atas 10% secara tahunan untuk penjualan alat berat merek Komatsu, produksi batu bara, serta volume pengupasan lapisan penutup batu bara atau overburden removal (OB).

Secara detail, UNTR mencatatkan penjualan alat berat merek Komatsu sebanyak 465 unit pada Januari 2019, naik 14,81% dari 405 unit pada Januari 2018.

Di sisi lain, volume produksi batu bara dan volume OB lewat PT Pamapersada Nusantara (PAMA) naik 25% secara tahunan dari 7,6 juta ton pada Januari 2018 menjadi 9,5 juta ton pada Januari 2019.

Adapun, volume OB tercatat tumbuh 11,09% secara tahunan pada Januari 2019. Total volume OB pada bulan pertama tahun ini mencapai 74,1 juta bank cubic meter (BCM).

Sejalan dengan capaian Januari 2019, Investor Relations United Tractors Ari Setiyawan mengatakan pihaknya optimistis dapat mencapai target operasional tahun ini.

“Kami berharap dapat mempertahankan kinerja yang baik ditambah adanya tambang emas Martabe,” ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (22/2/2019).

Lebih lanjut, Ari menjelaskan bahwa penjualan alat berat merek Komatsu pada Januari 2019, terdongkrak oleh penjualan ke pelanggan yang telah melakukan pemesanan sebelumnya. Sebagian besar pesanan yang masuk digunakan untuk pergantian alat berat lama.

Sebagai catatan, UNTR memangkas target penjualan alat berat dari 4.900 unit menjadi 4.000 unit. Hal itu sejalan dengan aktivitas di sektor pertambangan.

Target dipangkas setelah mempertimbangkan dinamika harga batu bara, khususnya kalori rendah. Pada awal Januari 2019, komoditas itu berada di level sekitar US$30—US$31 per ton. 

Selain itu, lanjut Ari, ada rencana pemerintah untuk mengurangi produksi batu bara nasional ke level 490 juta ton. Kondisi itu diprediksi akan berdampak terhadap penurunan permintaan alat berat dari sektor pertambangan.

“Kendati demikian, pembatasan produksi batu bara nasional diharapkan dapat menstabilkan harga batu bara khususnya kalori rendah,” imbuhnya.

PAMA disebut tengah melakukan beberapa inisitiatif untuk memitigasi dampak dari musim penghujan agar tetap dapat menggenjot produksi batu bara serta pekerjaan OB. Strategi yang ditempuh di antaranya memperbaiki kualitas jalan pengangkutan atau hauling road, serta front penambangan dan disposal area sehingga down time akibat hujan yang turun dapat dikurangi.

“Target produksi batu bara dan volume OB tahun ini diharapkan dapat dipertahankan di level yang sama dengan tahun lalu,” jelas Ari.

Sementara itu, dia menyebutkan penjualan batu bara sekitar 772.000 ton pada Januari 2019, tumbuh sekitar 4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Tetapi, angka itu masih di bawah target 2019. UNTR membidik penjualan batu bara tumbuh 28% tahun ini.

Realisasi penjualan batu bara di bawah target akibat beberapa faktor, salah satunya kendala logistik untuk pengangkutan batu bara melalui sungai.

“Sekiranya cuaca ke depan lebih kondusif dan kendala logistik berkurang, kami berkeyakinan dapat mencapai target penjualan batu bara tahun ini sebesar 9 juta ton,” papar Ari.

Secara terperinci, target penjualan coking coal sekitar 1,5 juta ton dari total 9 juta ton. Pada 2018, realisasi penjualan komoditas itu sekitar 800.000 ton dari 7 juta ton.

Dengan demikian, sisa dari target 9 juta ton atau sebanyak 7,5 juta ton dibidik dari thermal coal. Seperti diketahui, UNTR menjalankan bisnis penjualan batu bara melalui entitas anak PT Tuah Turangga Agung (TTA). 

Di sisi lain, UNTR juga mulai mencatatkan produksi dari tambang emas Martabe, Sumatra Utara. Perseroan telah resmi menguasai saham PT Agincourt Resources, selaku perusahaan yang mengoperasikan tambang emas Martabe pada Desember 2018.

Pada Januari 2019, UNTR sudah mulai mencatatkan penjualan dari emas dari tambang Martabe sebanyak 30.000 ounces. Perseroan menargetkan penjualan emas dari tambang tersebut akan mencapai 360.000 ounces, tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper