Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Bisa Pengaruhi Gerak Rupiah, Ini Penjelasannya

Harga minyak mentah yang kembali menguat akan menjadi salah satu sumber utama ketidakpastian bagi rupiah pada tahun ini.
Karyawan menghitung mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan menghitung mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA -- Harga minyak mentah yang kembali menguat akan menjadi salah satu sumber utama ketidakpastian bagi rupiah pada tahun ini.

Kepala Riset LPEM UI Febrio N. Kacaribu mengungkapkan harga minyak mentah akan terus menjadi sumber ketidakpastian bagi rupiah di 2019 karena harganya telah menyentuh tertinggi dalam tiga bulan terakhir karena pengurangan pasokan oleh produsen.

"Kenaikan harga minyak mentah secara langsung berdampak pada rupiah melalui pelemahan neraca perdagangan," papar Febrio dalam laporannya, Kamis (21/02/2019). 

Sementara itu, kenaikan harga minyak mentah juga secara tidak langsung menyebabkan depresiasi rupiah melalui sentimen negatif yang tercipta akibat pembengkakan defisit neraca transaksi berjalan; ini akan memperlambat arus masuk modal portofolio.

Febrio juga melihat rupiah yang terus terapresiasi hingga mencapai lebih rendah dari Rp14.000 di awal Februari 2019 terjadi antara lain karena meningkatnya kepercayaan pasar atas penguatan indikator fundamental Indonesia selama kuartal IV/2018. 

Data pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2018 merefleksikan kondisi internal yang agak lebih kuat dari sebelumnya. Ekonomi tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan kuartal III/2018 yakni menjadi 5,18% (yoy), membuat ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2018 tumbuh 5,17% (yoy). 

Angka tertinggi sejak berakhirnya periode commodity boom ini terjadi karena pertumbuhan positif dari seluruh sektor ekonomi pada kuartal IV/2018; yang paling tingginya berasal dari sektor jasa sebesar 9,08% (yoy). 

Inisiatif  BI di pasar swap, pasar DNDF, hingga penerapan negative Tobin Tax pada konversi devisa hasil expor sumber daya alam, juga ikut berkontribusi dalam menarik investor ke aset rupiah. 

"Lebih dari itu, ekspektasi penundaan kenaikan suku bunga oleh the Fed di tahun 2019 melalui dovish monetary stance berkontribusi besar pada pembalikan investasi portofolio hingga saat ini," ujarnya. 

Jumlah modal portofolio yang masuk telah menutupi semua arus modal keluar sebelumnya sepanjang Januari-Oktober 2018 yang lalu, kurang lebih US$7,5 miliar. 

Imbal hasil obligasi pemerintah Januari 2019 stabil dengan di 6,8% untuk tenor 1 tahun dan 8,2% untuk tenor 10 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper