Bisnis.com, JAKARTA — Emiten penyedia layanan telekomunikasi PT Smartfren Telecom Tbk. menganggarkan belanja modal sebesar US$200 juta pada tahun ini.
Sekretaris Perusahaan Smartfren Telecom James Wewengkang menyampaikan bahwa dana tersebut akan diambil dari kas internal (operasional) dan pinjaman bank.
“[Dengan capex tersebut] pendapatan kami targetkan di atas 10%,” katanya di Gedung Bursa Efek Indonesia pada Rabu (20/2/2019).
Selain dari sumber tersebut, perseroan juga masih mengantongi izin dari pemegang saham untuk melakukan aksi korporasi, seperti penerbitan Waran Seri II sebesar Rp3,6 triliun dan penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahuluPMT-HMETD berupa penerbitan Obligasi Wajib Konversi IV senilai Rp1,2 triliun.
“Ya memang perusahaan masih rugi, masih perlu dana. Investasi masih perlu tinggi,” imbuhnya.
James mengakui, kinerja perseroan per Desember 2018 masih mencatatkan kerugian. Adapun, pada periode yang berakhir 30 September 2018, FREN membukukan pendapatan sebesar Rp3,95 triliun, meningkat 19% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp3,32 triliun.
Pada periode tersebut, rugi bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk perusahaan yaitu Rp2,5 triliun, mengecil 11,1% secara yoy. Sementara itu, jumlah beban usaha naik 20,37%, dan rugi kurs perseroan melonjak 857,07% ke level Rp573,39 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2018 yang dipublikasikan oleh empat emiten telekomunikasi yaitu PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., PT XL Axiata Tbk., PT Indosat Tbk., dan PT Smartfren Telcom Tbk., seluruhnya memang masih membukukan penurunan laba bersih.
Hanya FREN yang rugi bersihnya mengecil dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. XL Axiata turun paling dalam secara yoy yaitu 160,5% karena perseroan berbalik membukukan kerugia. Di sisi lain, TLKM paling dapat mengantisipasi penurunan kinerja, dengan laba bersih hanya terkoreksi 20,58%.