Bisnis.com, JAKARTA — Memasuki periode awal tahun, agen tunggal pemegang merek memastikan sejumlah modelnya naik harga lantaran peningkatan tarif bea balik nama (BBN) dan beban biaya produksi karena sebagian komponennya masih harus diimpor.
PT Toyota Astra Motor (TAM), agen pemegang merek Toyota yang memimpin pasar mobil dengan pangsa pasar 31%, memastikan kenaikan harga hampir semua model kendaraan.
Dengan adanya tren penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat membuat harga penjualan mobil baru menjadi meningkat, hal tersebut turut berimbas kepada emiten transportasi darat, PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) yang sebagian besar armadanya menggunakan jenis mobil Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia.
Pada 2019, ASSA menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) perseroan sebesar Rp1,1 triliun untuk menambah 6.000 unit sampai dengan 6.500 unit armada baru. Dengan adanya kenaikan harga mobil, perseroan harus mengeluarkan dana lebih untuk melakukan pembelanjaan.
ASSA Rent hingga saat ini memiliki armada berjumlah kurang lebih 23.000 unit kendaraan, sejumlah 22.000 unit kendaraan telah disewa berbagai perusahaan sebagai kendaraan operasional.
“Kalau harga mobil naik, berarti kan biaya sewa ke kostumer akan di-adjust juga, Harga sewa biasanya mengikuti formula dari harga mobil barunya. Kalau harga mobil baru naiknya sekitar Rp10 juta mungkin dampaknya mungkin sekitar Rp200.000– Rp300.000,” ujar Direktur ASSA Hindra Tanujaya di Jakarta, Jumat (15/2/2019).
Namun, penyesuaian harga yang diterapkan perseroan dinilai tidak akan memberatkan oleh pelanggan. Pasalnya, kendaraan yang dimiliki ASSA Rent saat ini dinilai sangat diperlukan oleh para penyewa dalam kegiatan operasional sehari-hari.
“Kalau dia stop kan berarti usaha mereka stop, tetap masih ada mereka [pelanggan] ada kebutuhan,” ungkapnya.
Di sisi lain, penguatan nilai tukar Rupiah membawa berkah bagi perseroan karena dampak kenaikan harga tidak hanya dirasakan oleh harga mobil baru, melainkan harga mobil bekas turut mengalami kenaikan.
Pada 2019, ASSA Rent akan melego sejumlah armada yang mengalami depresiasi dengan rata-rata masa pakai selama empat tahun. Sebanyak 4000 mobil akan dilego melalui anak usaha perseroan yang bergerak di bilang balai lelang kendaraan.
“Kalau harga mobil naik bagi ASSA akan menguntungkan, karena harga mobil bekasnya akan menguntungkan, padahal harga mobil bekas itu kan menghasilkan profit, selain dari operasional, profit muncul dari mobil bekas dari saat dijual,” katanya.
Melihat peluang untuk memaksimalkan pendapatan, perseroan melakukan pengembangan bisnis dengan melakukan akuisisi saham perusahaan balai lelang PT JAB Indonesia.
Saham PT JAB Indonesia dibeli oleh ASSA Rent melalui anak usahanya PT Adi Sarana Lelang (BidWin) sebanyak 51% kepemilikan saham seharga Rp146,2 miliar dengan menggunakan anggaran capex perseroan.
“Balai lelang ini diperbesar, dulunya kan ASSA punya balai lelang BidWin tapi dengan akuisisi ini, kita harap jadi nomor satu, join dengan JBA yang milik jepang, nah itu dari sisi pengembangan bisnis dari lelang,” jelasnya.
Setelah diakuisisi, perseroan menargetkan untuk menjual sebanyak 100.000 unit kendaraan pada 2019 dengan komposisi sebanyak 60% kendaraan roda dua dan 40% kendaraan roda empat.
Untuk memenuhi target tersebut, nantinya kendaraan-kendaraan yang akan dilego akan dipasok melalui sumber paling banyak dari eksternal perseroan dan sebagian lagi dari armada yang telah masuk masa depresiasi.
Pada laporan keuangan perseroan dalam periode 9 bulan pertama 2018, ASSA Rent berhasil mencatatkan laba yang dapat diatribusikam ke entitias induk sebesar Rp106,39 miliar. Pada 2019, ASSA Rent menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 15%.