Tren Kinerja Laba Bersih Juventus dan Manchester United
Tingkat hilir mudik pemain yang dinamis setiap tahunnya membuat beban operasional klub sepak bola naik turun. Selain itu, pendapatan juga tidak selalu konstan naik sehingga hal itu membuat laba bersih klub sepak bola bisa naik turun bak roller coaster.
Juventus sempat mengalami rugi bersih selama tiga tahun berturut-turut pada musim 2011-2012, 2012-2013, dan 2013-2014.
Pada musim 2011-2012, Juventus mencatat kerugian hingga senilai 48,7 juta euro. Namun, kerugian itu perlahan ditekan. Pada musim 2012-2013 dan 2013-2014 rugi kian susut menjadi 15,9 juta euro dan 6,7 juta euro.
Juventus kembali meraup laba pada musim 2014-2015 senilai 2,29 juta euro. Puncaknya, pada musim 2016-2017 laba Juventus tembus 42,56 juta euro.
Namun, pada 2018, Juventus malah kembali rugi 19,22 juta euro. Salah satu yang menyebabkannya adalah penurunan operating income hingga minus 1,43 juta euro. Sebelumnya, operating income Juventus pada 2017 senilai 67,37 juta euro.
Lalu, bagaimana dengan Manchester United?
Tren keuntungan Setan Merah juga naik turun.
Pada musim 2010-2011, United mencatat laba senilai 12,99 juta pound sterling. Tren laba Setan Merah terus menanjak hingga puncaknya mampu meraup 146,41 juta pound sterling pada musim 2012-2013.
Sayangnya, nilai itu terus menyusut hingga merugi pada musim 2014-2015 senilai 895.000 pound sterling.
Setan Merah pun berupaya meningkatkan kinerja keuangannya. Satu musim kemudian, United kembali meraup laba 36,37 juta pound sterling.
Sayangnya, pada musim 2016-2017, United kembali mengalami rugi senilai 37,27 juta pound sterling.
Lagi-lagi, hanya dalam semusim, Setan Merah kembali meraup untung 39,17 juta pound sterling.
Nah, setelah sedikit membedah keuangan klub besar di Eropa. Apakah jika ada klub sepak bola di Indonesia yang melantai di bursa layak dibeli atau tidak?