Bisnis.com, JAKARTA - Sikap dovish Bank Sentral Jepang (BOJ) menempatkan obligasi pemerintah berimbal hasil (yield) negatif ke dalam menu investasi asing atau global fund.
Data Kementerian Keuangan Jepang pada Kamis (7/2) menunjukkan, investor luar negeri membeli 638,3 miliar yen atau sebesar US$5,8 miliar obligasi Jepang lima hari hingga 1 Februari.
Bukti lain yang menunjukkan ketertarikan investor asing terhadap obligasi Jepang adalah, pelelangan Japan Government Bond (JGB) bertenor 10 tahun pada Selasa (6/2) menunjukkan permintaan terkuat dalam 13 tahun terakhir, diikuti oleh penjualan obligasi bertenor 30 tahun yang optimis dua hari kemudian.
Poros dovish dari bank sentral utama lainnya seperti The Fed dan Bank Sentral Inggris, telah mengurangi kekhawatiran terhadap potensi pelebaran yield antara Jepang dan negara-negara berkembang lain ditambah lagi dengan risiko pertumbuhan global justru mendukung reli obligasi.
Meskipun Japan Government Bond memiliki yield negatif dan mendekati nol, investor masih dapat membuat pengembalian besar dengan menukar mata uang asing ke yen dan kemudian menginvestasikan hasilnya ke dalam utang.
"Permintaan asing akan tetap kuat tahun ini, terutama untuk futures dan obligasi dengan tenor yang lebih pendek, berkat basis swap," kata Naoya Oshikubo, seorang ekonom senior di Sumitomo Mitsui Trust Asset Management Co di Tokyo, seperti dikutip melalui Bloomberg, Jumat (8/2).
Asosiasi Penjual Efek Jepang mencatat ivestasi asing bersih (net) terhadap JGB angka panjang 2,04 triliun yen pada bulan Desember.
Penggunaan transaksi swap yang mengunci nilai tukar memungkinkan mereka memperoleh lebih banyak imbal balik dari obligasi Jepang - - yang menawarkan hasil terendah secara global setelah Swiss - jika dibandingkan dengan investasi pada tresuri.
Sebagai contoh, yield efektif pada JGB dengan tenor lima tahun adalah sebesar 2,95% , menawarkan 50 basis poin kenaikan tambahan di atas nominal untuk investasi dengan tenor yang sama pada tresuri Amerika Serikat.
Bank Sentral Australia telah memangkas perkiraan pertumbuhan dan inflasi sebagai tanggapan terhadap potensi konsumsi yang melemah hanya satu setelah Komisi Eropa memangkas perkiraan ekspansi untuk semua ekonomi utama di zona euro dari Jerman hingga Italia.
Ini merupakan tanda bahwa proses Brexit dan perlambatan ekonomi China merupakan ancaman yang berpotensi membuat prospek ekonomi menjadi lebih buruk.
Kekhawatiran pertumbuhan global yang meningkat akan mendukung permintaan berjangka obligasi Jepang, kata Oshikubo.
"Akan terus ada permintaan asing untuk invetasi pada JGB sebagai langkah arbitrase untuk mengurangi investasi pada futures. Langkah yang sama pernah dilakukan pada akhir tahun lalu," katanya.
Shinji Kunibe, Kepala Fixed Income di Daiwa SB Investments Ltd., mengatakan obligasi JGB jangka pendek akan sangat menarik bagi investor asing dan merupakan instrumen trading teraman selama neraca mereka tidak memiliki kendala
Tingginya permintaan asing mungkin dapat membantu menjaga keseimbangan aliran uang di Jepang sepanjang tahun ini, mengingat yield negatif di dalam negeri dan nilai tukar yen yang belum kokoh dapat mendorong investor lokal seperti perusahaan asuransi jiwa untuk mengejar investasi di luar negeri.
Menurut Kunibe, dengan yield obligasi AS memuncak dan janji Bank Sentral Eropa yang tidak akan menaikkan suku bunga tahun ini, investasi asing akan menjadi kunci untuk menentukan seberapa rendah yield obligasi Jepang akan melemah.
Nomura Securities menyatakan optimisme yang sama dimana kebijakan BOJ untuk menahan yield JGB dengan tenor 10 tahun pada level mendekati 0% menandakan permintaan obligasi pemerintah akan menguat.
Di tambah lagi dengan penundaan kenaikan bunga acuan The Fed dan Bank Sentral Inggris.
"Selama ada penurunan yang curam pada kurva relatif, JGB memegang prioritas dan daya tarik mereka untuk investasi asing tetap kuat," ujar Takenobu Nakashima, senior rates strategies di Nomura, perusahaan finansial asal Tokyo.
Yield Hampir Nol, Investor Asing Masih Tertarik dengan Obligasi Jepang
Sikap dovish Bank Sentral Jepang (BOJ) menempatkan obligasi pemerintah berimbal hasil (yield) negatif ke dalam menu investasi asing atau global fund.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Fajar Sidik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

18 menit yang lalu
Bisnis-27 Index Poised for Growth Amid May–October 2025 Rebalancing

48 menit yang lalu
Lo Kheng Hong Eyes Stock Buying Spree with Dividend Earnings
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

13 menit yang lalu
IHSG Ditutup Menguat ke 6.722, Saham DSSA, BBRI dan BBCA Tancap Gas

14 menit yang lalu
Indeks Bisnis-27 Ditutup Menguat, Saham BBCA dan BBRI Bergeliat

46 menit yang lalu
AKR Corporindo (AKRA) Mau Tambah 20 SPBU Baru Siapkan Rp1,6 Triliun
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
