Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Merespons Positif Perkembangan Pembicaraan Trump-Xi

Saham Asia mendekati tahun terburuk mereka sejak 2011, tetapi untungnya mendapat bantuan pada hari terakhir 2018 setelah Presiden A.S. Donald Trump melaporkan "kemajuan besar" dalam pembicaraan perdagangan dengan mitranya dari China, Presiden Xi Jinping. 
Bendera AS dan China/newline
Bendera AS dan China/newline

Bisnis.com, JAKARTA – Saham Asia mendekati tahun terburuk mereka sejak 2011, tetapi untungnya mendapat bantuan pada hari terakhir 2018 setelah Presiden A.S. Donald Trump melaporkan "kemajuan besar" dalam pembicaraan perdagangan dengan mitranya dari China, Presiden Xi Jinping. 

Dengan penurunan Yen, kemungkinan akan ada kesempatan menguat dari Bursa Hong Kong dan Australia, bersama dengan indeks berjangka S&P 500.

Terlebih lagi, setelah Trump mengatakan dalam cuitannya bahwa negosiasi "bergerak sangat baik" menuju kesepakatan yang komprehensif dan Presiden Xi Jinping yang mengatakan dia percaya kedua belah pihak menginginkan kemajuan yang stabil.


Namun, tidak akan banyak perdagangan terjadi di pasar utama di Jepang dan China dan kenaikan singkat hanya terjadi di tempat lain. Hanya saja, minyak tetap diprediksi akan memperpanjang kenaikan karena optimisme perdagangan.

Menggarisbawahi kekhawatiran atas perlambatan ekonomi domestik, sentimen positif berkurang sedikit setelah indeks industri manufaktur China meleset dari perkiraan untuk turun pada bulan Desember.

Indeks manufaktur pembelian manajer turun menjadi 49,4, jatuh di bawah 50. Hal ini menunjukkan adanya kontraksi untuk pertama kalinya sejak 2016.

Stok global ditetapkan untuk tahun terburuk mereka sejak 2008 dan minyak terperosok dalam kemerosotan kuartalan paling curam sejak 2014. 

Masih banyak risiko peristiwa menjulang tahun depan, mulai dari pemungutan suara Inggris pada kesepakatan Brexit, pembicaraan perdagangan AS-Cina dan pertikaian yang berkelanjutan antara Presiden Trump dan Kongresnya atas anggaran.

Lanskap politik Amerika juga merupakan investor yang meresahkan menyusul kepergian pejabat senior dan kritik Trump yang berulang kali dilayangkan kepada Ketua Federal Reserve Jerome Powell. 

Namun, Tony Morriss, kepala ekonomi dan strategi suku bunga Bank of America Merrill Lynch berpendpat semua hal ini masih menunjukkan perkembangan positif, pasalnya permasalahan utama yakni ketegangan perdagangan mulai mereda.

“Apa yang ingin kami lihat sekarang adalah penetapan harga pasar atas tindakan lebih lanjut dari The Fed, pasar saham stabil dan fokus pada beberapa berita utama positif pada perdagangan. Itu masih menyisakan banyak ketidakpastian di sisi politik," katanya, seperti dilansir Bloomberg.

Adapun, saham AS menghentikan reli dua hari sejak Jumat karena sedikitnya perdagangan yang ditambahkan ke pasar yang sudah bergejolak, meskipun Indeks S&P 500 menahan kenaikan mingguan pertamanya dalam sebulan. 

Treasuries, yang naik pada hari Jumat, tidak akan diperdagangkan lagi pada Senin (31/12) karena liburan di Jepang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper