Bisnis.com, JAKARTA - Adaro Energy (ADRO) akan memperbesar porsi ekspor thermal coal pada 2019 antara lain ke Vietnam dan negara berkembang lainnya di Asia Tenggara.
Langkah ini dilakukan oleh Adaro untuk mengantisipasi melambatnya pertumbuhan ekonomi global serta adanya potensi ketegangan lanjutan antara Amerika Serikat dan China kendati telah menyepakati gencatan senjata.
"China ada kegaduhan tentu akan berpengaruh ke kami. Untuk itu kami melakukan perluasan dan kami sudah ekspor ke 17 negara. Porsi terbesar masih Indonesia yakni 25%," kata Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk. Garibaldi Thohir, baru-baru ini.
Selain itu, emiten bersandi saham ADRO itu juga akan melakukan efisiensi dengan melakukan diversifikasi produk. Sehingga perseroan tidak hanya mengandalkan produk tertentu atau negara tujuan ekspor tertentu.
Saat ini, Adaro mengekspor dua produk yakni thermal coal dan coking coal. Untuk coking coal, pasarnya masih terpusat di beberapa negara kawasan seperti Korea Selatan, Jepang, China, dan India.
Terkait potensi ketegangan lanjtuan antara AS dan Cina, menurut Garibaldi secara tidak langsung hal ini berdampak pada kinerja perusahaan tersebut. Pasalnya, China merupakan salah satu destinasi ekspor ADRO dengan porsi di kisaran 11%.
Baca Juga
"Tahun depan kami efisiensi dan tidak akan seagresif tahun ini. Kami melakukan diversifikasi produk dan tidak hanya akan mengandalkan satu negara untuk ekspor," kata Garibaldi Thohir.
Pada periode Juli—September 2018, ADRO mampu memproduksi batu bara sejumlah 14,93 juta ton dan menjual 15,47 juta ton. Volume itu masing-masing meningkat 14% dan 20% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Pria yang akrab disapa Boy itu optimistis dengan target yang ditetapkan tahun ini masih bisa dicapai. Artinya, Adaro tidak melakukan revisi target kendati kinerja sejauh ini kurang memuaskan.
"Target tetap. Adaro berupaya mempertahankan panduan produksi batu bara pada 2018 dalam kisaran 54 juta—56 juta ton."