Bisnis.com, JAKARTA – Nokia Oyj mengatakan akan memangkas jumlah tenaga kerja sebagai bagian dari program penghematan 700 juta euro (US$798 juta) setelah produsen jaringan Finlandia tersebut membukukan laba operasional kuartal ketiga yang meleset dari perkiraan analis.
Dilansir Bloomberg, laporan keuangan perusahaan yang dirilis Kamis (25/10) menunjukkan bahwa Nokia memiliki beberapa cara untuk memenuhi janji Chief Executive Officer Rajeev Suri mengenai peningkatan tajam pada paruh kedua tahun ini, dan meningkatkan standar untuk kinerja kuartal keempat karena perusahaan masih mempertahankan target setahun penuh.
Suri mendesak para investor untuk melihat melampaui kinerja yang lemah dalam beberapa kuartal terakhir dan mengatakan bahwa situasi akan mencerahkan karena operator telekomunikasi, khususnya di AS, mulai fokus pada investasi pengembangan jaringan generasi kelima (5G).
Untuk mencapai target yang ditetapkan CEO di tahun 2020, perusahaan saat ini menargetkan penghematan sebesar 700 juta euro per tahun hingga akhir tahun tersebut. Program ini akan menelan biaya 900 juta euro dan akan mencakup PHK, meskipun Nokia tidak menentukan berapa banyak pekerja yang akan terkena dampaknya.
"Industri kami adalah salah satu tempat di mana fokus konstan pada biaya sangat penting," ungkap Suri, seperti dikutip Bloomberg. "Bahkan jika tindakan ini tepat untuk bisnis kami, kami tidak menganggap enteng hal tersebut mengingat dampak yang akan diterima karyawan kami."
Nokia masih menargetkan marjin operasional dalam bisnis jaringannya mencapai 6% hingga 9% tahun ini, dari margin kuartal ketiga yang mencapai 5%. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan bergantung pada peningkatan belanja yang tajam oleh operator telekomunikasi AS.
Baca Juga
Sementara itu, laba kuartal ketiga mencapai 487 juta euro, di bawah rata-rata perkiraan analis sebesar 515,8 juta euro. Akan tetapi, kinerja kuartal ketiga masih mengalami peningkatan dibandingkan dengan dua kuartal sebelumnya, dan Nokia akan berakselerasi dalam tiga bulan terakhir tahun ini.
"Paruh pertama tahun ini menyedihkan, kuartal ketiga sedikit lebih baik dan kuartal keempat sekarang perlu menunjukkan peningkatan yang cukup besar," ungkap analis Inderes, Mikael Rautanen.
Nokia dan rivalnya asal Swedia, Ericsson AB, mengalami penurunan investasi oleh operator telepon seluler yang melanda sejak tahun 2016. Sejak itu, Ericsson telah memutuskan untuk memangkas biaya operasional dan menangani lini bisnis yang merugi.