Bisnis.com, JAKARTA—Harga saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk yang melemah 15 poin atau 1,85% pada penutupan awal pekan ini di posisi Rp795 diperkirakan hanya berlangsung sesaat mengingat potensi kinerja perusahaan yang memperlihatkan tren positif.
Meskipun harga saham emiten dengan ticker SIDO ini ditutup pada zona merah, sepanjang tahun berjalan kinerja perusahaan ini menunjukkan penguatan. Saham SIDO tumbuh mengesankan sebesar 45,87% (year to date), bahkan outperform bila dibandingkan dengan kinerja IHSG yang menunjukkan penurunan 9,89% (year to date).
Adapun, IHSG hari ini ditutup melemah ke level 5.727,26 atau turun 0,51% setelah Badan Pusat Statistik merilis data kinerja ekspor dan impor. Nilai ekspor Indonesia turun 6,58% menjadi US$14,83 pada September 2018 bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Selain itu, kinerja impor Indonesia juga menunjukkan penurunan hingga 2 digit, turun 13,18% menjadi US$14,60 miliar pada September 2018 terhadap Agustus 2018.
Secara fundamental, perusahaan yang melantai pada Bursa Efek Indonesia sejak 18 Des 2013 ini mencatatkan kinerja yang cukup baik. Perusahaan membukukan penjualan Rp1,27 triliun pada semester pertama 2018. Angka tersebut naik 5,34% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,20 triliun.
Kenaikan penjualan tersebut disumbangkan oleh segmen jamu herbal sebesar 66%, segmen makanan dan minuman berkontribusi 30% dan segmen farmasi 4% terhadap penjualan perusahaan. Dari masing-masing segmen usaha, penjualan segmen jamu herbal tumbuh 7,49% menjadi Rp847 miliar, segmen makanan dan minuman tumbuh 0,27% menjadi Rp375 miliar, dan segmen farmasi tumbuh 10,64% menjadi Rp52 miliar. Laba periode berjalan perusahaan juga menunjukkan kenaikan sebesar 7,49% menjadi Rp292 miliar.
Pada 2018, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk telah merampungkan pabrik Cairan Obat Dalam (COD) II yang modern dengan kapasitas produksi mencapai 100 juta sachet per bulan. Dengan resminya pabrik tersebut diharapkan dapat berkontribusi positif bagi perusahaan kedepannya. Perusahaan juga melakukan ekspansi ke beberapa negara yang bertujuan mengembangkan potensi ekspor. Pada 2017, Perusahaan telah mendirikan kantor cabang di Filipina serta telah mendirikan anak usaha Muncul Nigeria Limited yang berada di Nigeria pada tahun ini.
Secara teknikal, harga saham SIDO memiliki forward P/E ratio 17,3 kali sepanjang 2018 dan relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan rata-rata historis 2 tahun dengan nilai forward P/E ratio sebesar 17,1 kali. Pergerakan saham SIDO berada pada kondisi oversold (jenuh jual) yang terlihat pada indikator RSI. Pada indikator MACD memperlihatkan harga saham SIDO menunjukkan momentum masih negatif.
Sumber: Bloomberg
*) Purnama Syukri Hadi, analis Bisnis Indonesia Resources Center