Bisnis.com, JAKARTA – Harga logam industri dibuka memerah tajam karena sejumlah industri besar berkumpul di London dalam rangka pertemuan tahunan terbesar sehingga membuat aluminium makin terperosok setelah perusahaan pengolah, Norsk Hydro ASA, masih bimbang akan penutupan tambangnya.
Aluminium merosot terparah dibandingkan dengan komoditas logam industri lainnya setelah Norsk memberi sinyal untuk siap kembali beroperasi di area tambang terbesarnya, Alunorte di Brasil. Hal itu membalikkan kekhawatiran pasar akan pengetatan pasokan beberapa hari setelah mengatakan bahwa pabrik itu akan ditutup.
Seluruh harga logam dasar juga merosot karena aksi China untuk mendorong perekonomiannya ternyata gagal menopang sentimen. Harga logam telah tertekan sepanjang tahun ini karena penguatan dolar AS dan perang dagang antaara AS dan China yang diprospek bisa melemahkan permintaan.
Selain itu, aluminium selama ini juga mendapat tekanan tambahan dari sanksi Amerika Serikat kepada perusahaan produsen aluminium terbesar kedua di dunia milik Rusia, United Co. Rusal, bersama dengan masalah yang dihadapi Norsk pada tambang Alunorte-nya.
Terlepas dari sejumlah masalah tersebut, saat ini penambang dan analis tengah berkumpul untuk melaksanakan konferensi pekan LME pada pekan ini, dengan banyak dari mereka yang optimistis mengenai outlook dan fokus pada pembahasan pengetatan di pasar fisik, dan minimnya investasi untuk pasokan kontrak berjangka.
Citic Futures Ltd. menjabarkan bahwa situasi di Alunorte bukanlah hal penting. Menurut perusahaan itu, harga aluminium akan tetap lemah sebelum permintaan dari China kembali pulih.
Aluminium kehilangan hampir 4% dalam sehari ke posisi US$2.044,55 per ton di London Metal Exchange (LME) dan turun hampir 7% sepanjang 2018 berjalan pada peradagangan Senin (8/10). Selain itu, harga logam dasar lainnya juga ikut melemah. Sejauh ini, seluruh indeks enam logam di LME mencatatkan penurunan hingga 12%.
Pasar aluminium global telah terpaku pada perkembangan kabar pertambangan Norsk selama beberapa hari belakangan. Pekan lalu, perusahaan itu mengatakan bahwa fasilitasnya, yang sudah beroperasi dengan kapasitas 50%, akan ditutup karena kapasitas area untuk mengolah limbahnya sudah penuh.
Namun, kemudian pada Sabtu (6/10), perusahaan itu mengumumkan bahwa tambangnya siap kembali beroperasi setelah mendapat persetujuan dari otoritas untuk menggunakan teknologi baru. Keputusan itu muncul setelah pasar China kembali aktif setelah libur selama sepekan, dan trader tengah menilai upaya bank sentral China untuk melonggarkan kebijakan moneter di China.
Saham pada produsen terkait, yang sempat reli pada pekan lalu di tengah prospek harga yang tinggi, terperosok dengan indeks South32 Ltd. kehilangan 5,4%. Alumminium Corp. milik China Ltd. turun hingga 16%. Adapun, saham China Hongqiao Group Ltd, produsen ternama di China tergelincir 10%.
”Dengan China yang memangkas persyaratan simpanan di bank hingga empat kali sepanjang tahun ini, investor membaca aksi tersebut sebagai sentimen pesimis dan indikasi akan adanya tekanan pada perekonomian China,” ungkap Wei Lai, analis Cofco Futures Ltd., dikutip dari Reuters, Selasa (9/10/2018).