Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump disebut-sebut prihatin dengan depresiasi mata uang yuan China dan mempertimbangkan apakah akan melabeli China sebagai manipulator mata uang dalam laporan yang akan dirilis pekan depan.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin telah menghadapi tekanan dari Gedung Putih untuk secara resmi menamai China sebagai manipulator mata uang dalam laporan tersebut.
Dilansir Bloomberg, nilai tukar yuan telah turun 9% terhadap dolar AS dalam enam bulan terakhir sekaligus mencatat salah satu kinerja terburuk di Asia.
Hal ini meningkatkan spekulasi bahwa China telah dengan sengaja melemahkan mata uangnya saat tensi perdagangan dengan AS telah memanas.
Tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, seorang pejabat senior di Kementerian Keuangan AS, yang tak diidentifikasi, mengungkapkan bahwa pemerintah AS memantau pergerakan mata uang China dengan seksama dan prihatin tentang depresiasinya baru-baru ini.
Informasi itu diberikannya menanggapi pertanyaan selama briefing menjelang kunjungan Mnuchin pekan ini ke Bali, Indonesia, untuk menghadiri pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral di bawah naungan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.
Presiden Donald Trump diketahui pernah menuding China dan Uni Eropa memanipulasi mata uang mereka dalam sebuah cuitan di akun Twitter pada Juli.
“China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang dan suku bunga mereka lebih rendah, sementara AS menaikkan suku bunga dengan dolar semakin kuat dan kuat setiap harinya - mengambil keunggulan besar kami,” tulis Trump.
Meski tidak berpotensi memicu sanksi atau penalti lainnya dari AS, mendeklarasikan China sebagai manipulator mata uang dapat meningkatkan ketegangan perdagangan dan kemungkinan memicu reaksi pasar.
“AS memiliki banyak masalah dengan China, dan ini merupakan cara lain bagi pemerintah untuk mengatakan: Kami tidak senang dengan keadaan yang sedang terjadi,” kata Phillip Swagel, seorang pejabat Departemen Keuangan selama pemerintahan George W. Bush.
Departemen Keuangan AS belum mencap negara mana pun sebagai manipulator sejak Bill Clinton memerintah. Sementara itu, China telah dikenakan cap ini sebanyak lima kali dari Mei 1992 hingga Juli 1994.