Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Pangkas Pencadangan Bank, Bursa Asia Turun

Bursa saham Asia bergerak turun pada perdagangan pagi ini, Senin (8/10/2018), setelah bank sentral China memangkas rasio cadangan bank untuk keempat kalinya tahun ini sebagai bagian dari upaya untuk mendukung pertumbuhan.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia bergerak turun pada perdagangan pagi ini, Senin (8/10/2018), setelah bank sentral China memangkas rasio cadangan bank untuk keempat kalinya tahun ini sebagai bagian dari upaya untuk mendukung pertumbuhan.

Indeks MSCI Asia Pacific, selain Jepang, turun 0,3% pada perdagangan, setelah sejumlah bursa saham utama di dunia turun untuk hari kedua berturut-turut pada perdagangan Jumat (5/10).

Sementara itu, bursa saham Australia pagi ini turun 1%, sedangkan aktivitas perdagangan di pasar saham Jepang ditiadakan karena libur nasional.

Fokus investor tertuju pada pasar di China, setelah People's Bank of China (PBOC) pada Minggu (7/10) memutuskan memangkas jumlah uang yang harus dicadangkan bank, sebagai upaya untuk menurunkan ongkos pembiayaan serta memacu pertumbuhan di tengah kekhawatiran atas perlambatan ekonomi akibat pertikaian perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).

Rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio/RRR), yang saat ini 15,5% untuk pemberi pinjaman komersial besar dan 13,5% untuk bank yang lebih kecil, akan dipangkas sebesar 100 basis poin efektif mulai 15 Oktober, terang PBOC dalam pernyataannya.

Pihak otoritas moneter China ini mengambil langkah serupa pada April.

“Adalah mungkin bagi pasar saham Hong Kong dan Shanghai untuk pulih dari penurunan baru-baru ini jika investor dapat memperoleh optimisme berdasarkan perubahan kebijakan moneter,” ujar Jonathen Chan, analis pasar di CMC Markets, dalam risetnya, seperti dikutip Reuters.

“Ekspektasi yuan China yang lebih lemah dapat membantu untuk mengangkat sentimen pasar juga," tambahnya.

Menyusul langkah PBOC itu, nilai tukar mata uang yuan offshore melemah 0,2% terhadap dolar AS pada awal perdagangan hari ini.

Pasar ekuitas di seluruh dunia sebelumnya telah berada di bawah tekanan menyusul tajamnya aksi jual dalam Treasury AS, didorong komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve AS dan data ekonomi yang memacu spekulasi kenaikan suku bunga lebih lanjut di AS.

“Apakah itu hanya sebagai respons terhadap bukti kuatnya data [ekonomi] AS atau malah keputusan pejabat Fed untuk mengarahkan pasar lebih ke arah profil pengetatannya yang disajikan pada keputusan suku bunga bulan lalu,” para analis di ANZ mengatakan dalam sebuah catatan.

“Ironi dalam semua ini adalah bahwa dengan kurva imbal hasil AS yang bertambah curam, itu hanya akan memberi kecenderungan bahwa The Fed dapat terus melakukan pengetatan lebih lanjut," kata para analis.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 30 tahun mencapai level tertingginya dalam empat tahun di 3,424%, dan berada di 3,4054% pada penutupan di AS pada Jumat (5/10).

Adapun imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun berada di 3,3238% dan imbal hasil untuk tenor dua tahun, yang naik seiring dengan ekspektasi para pedagang terhadap suku bunga Fed yang lebih tinggi, terakhir kali mencapai 2,8891%.

Di bursa Wall Street, indeks Dow Jones Industrial Average membukukan penurunan sebesar 0,68%, indeks S&P 500 turun 0,55%, sedangkan indeks Nasdaq Composite melorot 1,16%, penurunan persentase mingguan pertama sejak Maret.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper