Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan Agustus Dirilis, IHSG & Rupiah Kompak Melemah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot hampir 2% pada akhir sesi I perdagangan siang ini, Senin (17/9/2018), pascarilis data neraca perdagangan untuk Agustus 2018.
Karyawan melintas di antara monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan melintas di antara monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot hampir 2% pada akhir sesi I perdagangan siang ini, Senin (17/9/2018), pascarilis data neraca perdagangan untuk Agustus 2018.

IHSG merosot 1,82% atau 107,70 poin ke level 5.823,658 pada akhir sesi I. Indeks mulai tergelincir ke zona merah saat dibuka turun 0,39% atau 22,85 poin di level 5.908,43, setelah berakhir menguat 1,25% atau 73,01 poin di posisi 5.931,28 pada Jumat (14/9).

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.823,15 – 5.911,65.

Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 120 saham menguat, 231 saham melemah, dan 249 saham stagnan dari 600 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Seluruh indeks sektoral IHSG menetap di teritori negatif dengan tekanan utama sektor aneka industri (-2,79%), infrastruktur (-2,60%), dan konsumer (-2,03%).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2018 mengalami defisit US$1,02 miliar.

Defisit ini lebih rendah jika dibandingkan Juli 2018 yang sebesar US$2,03 miliar.

Nilai defisit ini disebabkan oleh posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$15,82 miliar atau lebih rendah dibandingkan nilai neraca impor sebesar sebesar US$16,84 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto menyatakan defisit ini jauh lebih kecil atau separuhnya dari sebelumnya. BPS berharap neraca perdagangan ke depan dapat kembali surplus.

“Bahwa defisit US$1,02 miliar terjadi defisit di migas US$1,6 miliar, tetapi nonmigasnya masih surplus US$630 juta," ujar Suhariyanto, Senin (17/9), seperti dilansir Bisnis.com.

Sementara itu, berdasarkan tahun kalender, sepanjang Januari hingga Agustus 2018, neraca perdagangan juga mengalami defisit sebesar US$4,09 miliar. Posisi defisit ini disebabkan oleh defisit di neraca migas sebesar US$8,35 miliar. 

Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 78 poin atau 0,53% ke level Rp14.885 per dolar AS, setelah dibuka terdepresiasi 56 poin atau 0,38% di level Rp14.863 per dolar AS.

“Neraca perdagangan yang masih defisit tersebut diperkirakan akan menjadi katalis negatif bagi rupiah pada hari Senin di tengah penguatan dolar AS terhadap beberapa mata uang kuat dunia lain,” jelas Analis Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail, dalam risetnya sebelum rilis data neraca perdagangan.

Konsensus analis sebelumnya memperkirakan bahwa data neraca perdagangan akan defisit sebesar US$450 juta pada bulan Agustus, lebih rendah dibandingkan defisit bulan Juli sebesar US$2,0 miliar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro