Bisnis.com, JAKARTA – Harga baja dan logam mentah lain merosot di China untuk dua sesi berturut, menyentuh level terendah selama beberapa pekan, karena semakin banyak investor yang melikuidasi posisinya dan ditambah dengan risiko kelebihan pasokan.
China tengah mempertimbangkan untuk memberikan izin pada provinsi di wilayah Utara untuk menentukan sendiri pembatasan produksi dari industri besar untuk mengendalikan emisi selama musim dingin.
Kebijakan tersebut akan menjadi kontra dengan rencana untuk memangkas 50% produksi baja dan 30% produksi aluminium di sejumlah area, sama dengan peraturan pada musim dingin tahun lalu.
Pada perdagangan Rabu (12/9), harga baja rebar di Shanghai Futures Exchange tercatat anjlok 116 poin atau 2,79% menjadi 4.047 yuan per ton, dan mencatatkan kenaikan hingga 10,58% secara year-to-date (ytd). Pada sesi yang sama, harga baja rebar Shanghai sempat menyentuh 3.993 yuan per ton, terendah sejak 6 Agustus lalu.
Pembatasan produksi China sebagai upaya membatasi polusi terus mendorong harga baja reli sejak tahun lalu, mendorong baja rebar ke puncaknya selama tujuh tahun.
Dengan China yang kemungkinan akan memberikan izin kepada tiap-tiap provinsi untuk menentukan sendiri pemangkasan produksinya pada musim dingin mendatang sehingga bisa menyebabkan kelebihan pasokan pada musm dingin padahal permintan pada musim itu biasanya menurun.
“Pemerintah lokal juga cenderung lebih lunak dalam penerapan kebijakannnya ketika diberikan kelonggaran, terutama sejak kenaikan produksi baja bisa menambah jumlah lapangan kerja dan menambah pendapatan pajak pemerintah,” ujar Helen Lau, analis Argonaut Securities, dikutip dari Reuters, Rabu (12/9/2018).
Harga logam material pembuat baja juga anjlok bersama dengan baja, dengan batu bara kokas berjangka di Dalian Commodity Exchange anjlok sebesar 4,7% menjadi 2.220 yuan per ton, terendah sejak 30 Juli, dan ditutup di posisis 2.241 yuan per ton, 3,8% lebih rendah dari sesi perdagangan sebelumnya.
Kemudian, aluminium Shanghai mencatatkan penurunan sebanyak 190 poin atau 1,29% menjadi 14.580 yuan per ton dan turun 3,46% sepanjang 2018. Adapun, seng Shanghai tercatat menurun 110 poin atau 0,52% menjadi 20.995 yuan per ton dan turun 16,82% ytd.
Selain di Shanghai, logam dasar di bursa London Metal Exchange (LME) juga serempak mencatatkan penurunan kecuali timah. Aluminium LME tercatat turun 51 poin atau 2,43% menjadi US$2.044 per ton dan turun 9,88% selama 2018 berjalan.
Kemudian, tembaga juga melorot 51 poin atau 0,86% menjadi US$5.859 per ton, kembali menembus US$6.000 per ton dan mencatatkan penurunan 19,15% selama tahun ini. Kemudian, seng LME mencatatkan penurunan hingga 70 poin atau 2,94% menjadi US$2.311 per ton dan turun 30,37% secara ytd.
Nikel mengalami penurunan terparahdalam poin dibandingkan dengan seluruh logam LME dengan penurunan sebesar 180 poin atau 1,45% menjadi US$12.230 per ton dan harganya tercatat turun 4,15% ytd. Adapun, timah hitam atau lead turun 63 poin atau 3,11% menjadi US$1.965 per ton dan turun 21,01% ytd.
Sementara itu, harga timah justru mengalami kenaikan sebesar 40 poin atau 0,21% menjadi US$19.045 per ton dan mencatatkan penurunan harga sebanyak 4,89% selama tahun 2018.