Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah berhasil rebound dan ditutup terapresiasi pada perdagangan hari ini, Rabu (12/9/2018), saat mayoritas mata uang di Asia melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah rebound dan berakhir menguat 24 poin atau 0,16% di level Rp14.833 per dolar AS, setelah berakhir melemah 37 poin atau 0,25% di posisi 14.857 pada Senin (10/9).
Mata uang Garuda mulai rebound dari depresiasinya saat dibuka terapresiasi 9 poin atau 0,06% di posisi 14.848 pagi tadi. Pergerakannya sempat terpantau kembali melemah di tengah kekhawatiran tentang tensi perdagangan global lebih lanjut antara AS dan China.
Lima Sektor Industri ini Jadi Andalan untuk Perkuat Nilai Tukar Rupiah |
Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak fluktuatif pada level Rp14.833 – Rp14.880 per dolar AS.
Dilansir dari Bloomberg, Bank Indonesia (BI) telah menghabiskan hampir 10% dari cadangan devisanya tahun ini demi membantu mendorong nilai tukar rupiah.
“Kebijakan pemerintah menunjukkan bahwa Indonesia sedang mempersiapkan sebuah penarikan kembali arus modal yang lebih panjang saat pergolakan emerging market mendalam,” ujar Carol Lye, analis riset di Brandywine Global Investyment Management di Singapura, dalam risetnya.
Pemerintah juga telah mulai mengurangi defisit transaksi berjalan dengan memprioritaskan proyek-proyek infrastruktur serta berupaya menarik lebih banyak penghasilan ekspor.
BACA:
- PERSPEKTIF: Demi Rupiah Proyek Pembangkit Listrik Ditunda. Haruskah Begitu?
- Transaksi Kartu Kredit Terkoreksi Pelemahan Rupiah
- Kunci Hadapi Fluktuasi Rupiah untuk Jangka Pendek
- Lima Sektor Industri ini Jadi Andalan untuk Perkuat Nilai Tukar Rupiah
Sementara itu, Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) hari ini menaikkan tingkat suku bunga penjaminan untuk simpanan dalam rupiah dan valuta asing (valas).
Langkah ini dilakukan untuk mengakomodasi pengetatan moneter dan kecenderungan risiko likuiditas yang lebih tinggi akibat meningkatnya penyaluran kredit.
Tingkat bunga penjaminan dalam rupiah dan valas di Bank Umum masing-masing naik 25 bps menjadi 6,5% dan 50 bps menjadi sebesar 2%.
Nanang Hendarsah, direktur eksekutif manajemen moneter di Bank Indonesia (BI) mengatakan BI berharap upaya yang dilakukan LPS untuk menyuplai valas dapat menjaga nilai tukar rupiah dari pelemahan lebih lanjut.
Rupee Melonjak
Adapun mata uang lainnya di Asia mayoritas terpantau melemah petang ini meskipun dolar AS terkoreksi. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau turun tipis 0,05% atau 0,044 poin ke level 95,205 pada pukul 17.59 WIB.
Pagi tadi, indeks dolar dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,132 poin atau 0,14% di level 95,117, setelah berakhir naik 0,10% atau 0,099 poin di posisi 95,249 pada perdagangan Selasa (11/9).
Won Korea Selatan yang terdepresiasi 0,28% memimpin pelemahan mata uang di Asia menyusul laporan melonjaknya tingkat pengangguran ke level tertinggi dalam delapan tahun di negara itu. Pelemahan won diikuti peso Filipina yang turun 0,19%.
Di sisi lain, rupee India yang sempat ikut terseret turun berhasil rebound dan terpantau menguat tajam 0,70% terhadap dolar AS ke posisi 72,1850 pada pukul 18.29 WIB.
Dilansir dari Bloomberg, rupee berhasil melonjak bersama bursa saham India setelah seorang pejabat mengungkapkan bahwa pemerintah dapat mengumumkan langkah-langkah untuk mendukung mata uang tersebut menyusul rencana peninjauan ekonomi oleh Perdana Menteri Narendra Modi pada akhir pekan ini.
Langkah-langkah yang dimaksud kemungkinan akan mencakup upaya membatasi penurunan rupee dan harga minyak, menurut pejabat tersebut kepada wartawan di New Delhi.
Rupee telah berulang kali merosot ke rekor terendahnya dalam tiga bulan terakhir di tengah aksi jual di pasar negara berkembang serta kekhawatiran tentang defisit transaksi berjalan di India.
“Pasar melihat kelegaan sementara dan terus bergerak didukung harapan,” ujar Sajal Gupta, kepala bidang valas di Edelweiss Securities di Mumbai.
“Pelaku pasar sekarang akan sangat memperhatikan langkah pemerintah. Jika langkahnya kredibel, kita akan melihat reli berlanjut, tapi jika langkahnya tidak kredibel, kita akan melihat penurunan kembali dengan sangat cepat.”