Bisnis.com, JAKARTA – Pasar bearish mata uang kripto menuju terlemah selama 10 bulan karena rival terbesar bitcoin melorot dan para pembuat kebijakan AS menahan perdagangan mata uang kripto itu di dua perusahaan sekuritas yang menjual aset digital.
Ether, mata uang virtual terbesar kedua, merosot hampir 11% pada penutupan perdagangan Senin (10/9). Bitcoin anjlok 2,4% bersamaan dengan jumlah kapitalisasi aset digital di pasar menyusut hingga US$197 miliar, turun dari puncaknya sebayak US$640 miliar pasa Januari.
Mata uang kripto mengalami pelemahan dalam lima pekan terakhir karena kekhawatiran akan perlambatan proses adopsi aset digital. Kekhawatiran tersebut semakin kuat dalam sepekan terakhir setelah Komisi Bursa dan Sekuritas (SEC) AS untuk sementara menunda perdagangan di dua bursa yang terkait dengan mata uang kripto.
Pendiri Ethereum Vitalik Buterin mengatakan bahwa ledakan pertumbuhan industri blockchain sudah mulai melemah dan segera menghilang.
“Tekanan sementara pada produk-produk tersebut menyebabkan reaksi otomatis. Namun, itu hanya akan menjadi tantangan baru bagi pasar untuk dihadapi,” ujar Ryan Rabaglia, Kepala Perdagangan Mata Uang Kripto OSL di Hongkong, dilansir dari Bloomberg, Selasa (11/9).
Harga mata uang kripto terus tertekan meskipun ada laporan bahwa Citigroup Inc. telah mengembangkan mekanisme baru untuk memperdagangkan mat auang digital tersebut. Bank AS berencana untuk bekerja sebagai penerbit tagihan aset digital (DAR).
Baca Juga
Dalam laporan terpisah, dua perusahaan teknologi telah memenangkan persetujuan Pemerintah New York untuk menerbitkan harga patoan mata uang kripto dalam dolar AS, membuat kompetitor koin lain seperti Tether memiliki regulasi yang lebih jelas dan transparan. Tether merupakan aset digital terbesar kedelapan saat ini.
Indeks 10 Aset Digital MVIS CryptoCompare untuk mata uang virtual utama anjlok 2,2% dan melanjutkan penurunan pada awal perdagangan Selasa (11/9) ke level terendah sejak akhir Oktober tahun lalu.
Ether terus melorot lebih cepat dibandngkan dengan bitcoin dalam beberapa bulan terakhir karena kekhawatiran terkait dengan perusahaan blockchain yang memudarkan minat pada mata uang kripto terbesar nomor dua itu.
Banyak perusahaan start-up meningkatkan ether dari sejumlah investor pada Initial Coin Offering (ICO) yang akhirnya akan meningkatkan aksi jual kepemilikannya untuk menutup anggaran seperti biaya gaji pegawai dan biaya pengembangan.