Bisnis.com, JAKARTA – Emiten industri manufaktur dasar PT Madusari Murni Indah Tbk. berencana menambah pabrik ethanol dengan kapasitas mencapai 50.000 kiloliter, yang pembangunannya sudah dimulai pada semester I/2018 lalu.
Perseroan menggunakan dana hasil penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) sebesar 94,5% untuk modal pembangunan pabrik tersebut. Selain menggunakan dana IPO, perseroan akan menggunakan kas internal dan pinjaman perbankan untuk tambahan investasi.
Direktur Utama Madusari Murni Indah Arief Goenadibrata menyampaikan bahwa meski perusahaan tidak memiliki hambatan untuk mendirikan pabrik meski porsi pelepasan saham hanya 15,03% dari target awal sebanyak-banyaknya 20% dari modal disetor dan ditempatkan perseroan.
“Untuk pembangunan pabrik tersebut, kami juga sudah mendapatkan pinjaman dari perbankan. Selain dari pinjaman bank, perseroan juga menggunakan dana dari kas internal,” ungkap Arief usai membuka perdagangan pertama saham perseroan di Bursa Efek Indonesia, Kamis (30/8/2018).
Arief menyampaikan, perseroan menggelontorkan investasi total Rp500 miliar untuk pembangunan pabrik yang berlokasi di Lampung tersebut. Sebagian besar dana IPO dialokasikan langsung untuk pembangunan pabrik.
Madusari Murni Indah pada Kamis (30/8/2018), resmi melantai di bursa saham domestik dengan melepas 351 juta saham baru atau 15,03% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO. Dengan harga penawaran Rp580, emiten dengan sandi MOLI tersebut meraup dana IPO sebesar Rp203,58 miliar.
Direktur Keuangan Madusari Murni Indah Yonki Saputra Sim menyampaikan 94,5% dari dana hasil IPO atau sekitar Rp192,38 miliar digunakan perseroan untuk membangn pabrik, sedangkan sisanya disuntikkan ke anak usaha untuk pembangunan fasilitas logistik.
“Selebihnya kami menggunakan pinjaman bank atau sekitar 20% dari total kebutuhan, ditambah dari kas internal perusahaan,” jelas Yonky.
Yonky menyampaikan pembangunan pabrik baru di Lampung dengan kapasitas 50.000 kiloliter tersebut akan mekana waktu dua tahun. Namun, perseroan akan mulai mengomersilkan pabrik tersebut pada semester II/2019.
Dia menyebut permintaan produk perseroan cukup besar namun kapasitas pabrik yang sudah ada yaitu sebesar 80.000 kiloliter per tahun sudah jenuh. Kondisi tersebut membuat penjualan perseroan terbatas.