Bisnis.com, JAKARTA— PT Kalbe Farma Tbk. menaikkan harga jual rata-rata atau average selling price untuk lini produk nutrisi dan kesehatan hingga 4% untuk menjaga keuntungan perseroan.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengungkapkan kenaikan harga akan dilakukan secara bertahap dalam tiga bulan ke depan. Kebijakan tersebut diterapkan untuk lini produk kesehatan dan nutrisi.
Jenis produk [yang dinaikkan harganya] banyak [dengan kisaran] 3%—4%,” ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (13/8/2018).
Vidjongtius telah memaparkan alasan kenaikan harga yakni depresiasi rupiah yang menambah beban biaya produksi perseroan. Kondisi tersebut membuat laba bersih emiten berkode saham KLBF itu tergerus pada semester I/2018.
Selain menaikkan harga jual, KLBF juga meningkatkan upaya product mix untuk kategori yang masih memiliki margin baik. Kemudian, perseroan melakukan efisiensi internal dalam rantai pasok dan peningkatan produktivitas.
Seperti diketahui, Kalbe Farma membukukan pertumbuhan penjualan 3,12% secara tahunan. Jumlah yang dikantongi naik dari Rp10,06 triliun pada semester I/2017 menjadi Rp10,38 trililiun pada semester I/2018.
Akan tetapi, beban pokok penjualan naik lebih besar dibandingkan dengan penjualan bersih perseroan. Tercatat, terjadi kenaikan 4,78% dari Rp5,14 triliun menjadi Rp5,38 triliun.
Kenaikan juga terjadi pada pos beban penelitian dan pengembangan perseroan dari Rp107,56 miliar pada semester I/2017 menjadi Rp122,51 miliar. Selanjutnya, beban operasi juga tercatat naik dari Rp48,78 miliar menjadi Rp79,93 miliar.
Dengan demikian, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun tipis 0,03% secara tahunan. Pencapaian Rp1.215,86 miliar pada semester I/2018 turun dari periode yang sama tahun lalu Rp1.216,25 miliar.
KLBF tercatat mengalami penurunan net profit margin atau margin laba bersih secara tahunan pada semester I/2018. Tercatat, marjin laba bersih turun dari 12,08% pada semester I/2017 menjadi 11,71%.
Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin menilai langkah KLBF tersebut sebagai upaya untuk menjaga margin. Pasalnya, margin kotor perseroan menyempit dari 48,7% pada semester I/2017 menjadi 47,8%.
“Depresiasi rupiah masih menjadi tantangan yang menyebabkan terkontraksinya margin kotor perseroan,” tulisnya.
Kendati demikian, Mimi masih melihat prospek positif untuk kinerja KLBF pada masa mendatang. Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya kesadaran kesehatan di Indonesia serta diversifikasi bisnis yang baik didukung penelitian dan teknologi berkelanjutan.
Pihaknya masih mempertahankan rekomendasi beli untuk saham KLBF. Adapun, target harga berada di level Rp1.550 per saham.
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham KLBF terkoreksi 30 poin atau 2,33% ke level Rp1.260 per saham pada sesi penutupan perdagangan, Senin (13/8). Total kapitalisasi pasar yang dimiliki perseroan swasta itu senilai Rp59,06 triliun.