Bisnis.com, JAKARTA — Harga kacang dan tepung kedelai melambung dengan kenaikan tertinggi sejak 2008 dengan data menunjukkan adanya penyusutan impor kedelai China membalik kekhawatiran akan lonjakan pasokan karena perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.
Para pengimpor kedelai membukukan kenaikan harga harian tertinggi dalam sedekade setelah rilis data bea cukai China menunjukkan impor Juli anjlok dari bulan sebelumnya.
Kemerosotan teraebut terjadi setelah para pengolah kedelai China mengakhiri pembelian selama berbulan-bulan untuk menimbun pasokan sebelum tarif diberlakukan.
Pemerintah Beijing telah menerapkan tarif sebesar 25% pada pengiriman kedelai dari AS pada 6 Juli lalu sebagai balasan dari aksi yang sama oleh Washington dalam perang dagang.
Ketika cadangan kedelai domestik AS mencapai rekornya karena pengolah kedelai telah menimbun pasokan dari Brasil sebelum tarif berlaku, sejumlah analis mengatakan penurunan jumlah impor terpicu karena ada kekhawatiran pasokan pada kuartal IV/2018 saat tanaman dari Brasil terjual habis bersamaan dengan permulaan masa panen AS.
AS merupakan pemasok kedelai nomor dua untuk China setelah Brasil, yang banyak memproses komoditas biji-bijian tersebut untuk dimanfaatkan sebagai minyak masak dan pakan ternak.
"Saat ini musim panen kedelai AS semakin dekat, [pada September] berita terkait dengan kenaikan tensi perang dagang dan kemerosotan impor akan memberikan pengaruh besar bagi harga kedelai," kata Pan Tiantian, analis Zheshang Futures, dilansir dari Reuters, Rabu (8/8/2018).
Pada perdagangan Rabu (8/8), harga kedelai berjangka di Dalian Commodity Exchange (DCE) untuk pengiriman Januari reli 3,95% dan ditutup pada posisi 3.789 yuan pee ton atau setara dengan US$555,93 per ton, kenaikan harian terbesar sejak 2008.
Selain itu, di Chicago Board Of Trade (CBOT), kedelai mengalami kenaikan 3,75 poin atau 0,41% menjadi US$909,50 sen per bushel. Selama tahun berjalan, kedelai CBOT turun 6,57%.
Kenaikan tersebut juga muncul seiring dengan AS pada Selasa (7/8), menyatakan akan kembali mulai mendaftar barang-barang China senilai US$16 miliar untuk dikenakan tarif sebesar 25% pada 23 Agustus, dengan mempublikasikan tarif final pada 279 produk impor.
Dengan rencana tersebut, pihak Beijing berjanji akan kembali memberikan balasan dengan aksi serupa.