Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak West Texas Intermediate semakin anjlok dan di perdagangkan di bawah US$68 per barel, level terendahnya dalam sebulan setelah laporan industri minyak menunjukkan adanya kenaikan pasokan tak terduga dari persediaan minyak Amerika Serikat.
Di sisi lain, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mendapat tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk menjaga harga minyak tetap rendah.
Perdagangan berjangka minyak di New York anjlok hingga 0,7%. Laporan American Petroleum Institute (API) menunjukkan bahwa persediaan minyak AS naik sebanyak 629.000 barel pada pekan lalu, berbanding terbalik dengan ekspektasi Pemerintah AS akan ada penurunan sebanyak 4,1 juta barel.
Sementara itu, harga minyak WTI melayang di bawah rata-rata pergerakan 100 hari setelah harga minyak Brent juga anjlok ke bawah posisi tersebut juga pada Senin (16/7) untuk pertama kalinya sejak Maret.
Harga minyak mentah melemah hingga 9% sepanjang Juli karena tertekan oleh konflik perdagangan antara AS dan China yang mengancam akan mengacaukan pertumbuhan perekonomian global dan memicu penurunan permintaan.
Goldman Sachs Group Inc. melaporkan bahwa potensi AS untuk merilis cadangan minyak daruratnya, menjadi pertanda bahwa Arab Saudi telah merespons tekanan dari Trump untuk memompa jumlah minyak yang lebih banyak dan ketidakpastian penyusutan pasokan dari ekspor Iran yang terkena sanksi dari AS yang dapat memancing volatilitas harga.
Baca Juga
“Perselisihan dagang antara AS dan China masih berlangsung dan desakan Trump pada OPEC untuk menjaga harga minyak tetap rendah membuat kenaikan harga minyak tertahan,” ujar Will Yun, Analis Komoditas Hyundai Futures Corp., dikutip dari Bloomberg, Rabu (18/7/2018).
Yun menilai kenaikan pasokan saat ini dapat diinterpretasikan bahwa AS tengah mempersiapkan diri untuk menimbun persediaan minyak dalam menyambut musim mengemudi yang membutuhkan pasokan minyak dalam jumlah banyak dengan cepat.
Pada perdagangan Rabu (18/7), harga minyak WTI mengalami penurunan 0,38 poin atau 0,56% menjadi US$67,70 per barel dengan kenaikan selama tahun berjalan sebanyak 12,05%. Total volume yang diperdagangkan mencapai 63% di bawah rata-rata pergerakan selama 100 hari.
Adapun, untuk harga minyak Brent juga mengalami penurunan sebanyak 0,30 poin atau 0,42% menjadi US$71,86 per barel dengan kenaikan 7,46% secara year-to-date (ytd) pada perdagangan di London ICE Futures.