Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten kosmetik, PT Mustika Ratu Tbk. membukukan pertumbuhan penjualan 5% pada paruh pertama tahun ini.
Presiden Direktur Mustika Ratu Putri K. Wardani mengungkapkan, pendongkrak penjualan semester I/2018 adalah membaiknya kinerja pada kuartal II/2018. Dia mengatakan, kinerja pada kuartal II/2018 lebih baik ketimbang kuartal I/2018.
Putri mengatakan, penjualan pada kuartal II/2018 telah melampaui 10% year-on-year. Bila dikalkulasi hingga semester I/2018, pertumbuhan penjualan MRAT mencapai 5% secara tahunan.
Pada semester I/2017, penjualan MRAT mencapai Rp145,07 miliar. Bila dikalkulasi, maka raihan pendapatan pada paruh pertama tahun ini sekitar Rp152 miliar. "Pada kuartal II/2018 lebih baik dibandingkan dengan kuartal I/2018 hingga 10%. [Namun untuk pertumbuhan pada semester I/2018] sekitar 5%," ungkapnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (11/7/2018).
Putri mengungkapkan, produk yang mendongkrak peningkatan penjualan adalah produk pareto antara lain minyak zaitun, Slimming Tea dan Body Splash Cologne. Pada tahun ini, perseroan pun telah merilis produk-produk baru seperti beauty queen series make up.
Putri mengungkapkan, perseroan masih akan merilis produk-produk baru untuk meningkakan penjualan. Pada kuartal I/2018, penjualan bersih emiten bersandi saham MRAT senilai Rp82,63 miliar, tumbuh 0,4% dari posisi Rp82,3 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sepanjang tahun berjalan, saham MRAT tergerus 7,28% dan investor asing membukukan net sell senilai Rp380 juta. Adapun, price earning ratio (PER) emiten kosmetik ini mencapai 31,83 kali.
Pada tahun ini, MRAT mengalokasikan belanja modal senilai Rp100 miliar. Dana tersebut naik lebih dari 200% dibandingkan belanja modal tahun lalu yang hanya senilai Rp30 miliar.
Sekretaris Perusahaan Mustika Ratu Boma Kharista Sebayang, sebelumnya menjelaskan, dana tersebut akan digunakan untuk kegiatan operasional serta peningkatan kapasitas produksi yakni dengan melakukan peremajaan fasilitas di pabrik.
Belanja modal MRAT berasal dari dua sumber, yakni kas internal perseroan dan pinjaman dari perbankan. Boma mengatakan, porsi pinjaman atau utang ke perbankan untuk kebutuhan belanja modal tahun ini sebesar 40%.