Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Siap Geser Biaya Impor Kedelai untuk Cadangan Negara

China akan mengganti biaya pembeli yang terkena tarif 25% untuk kedelai yang diimpor dari Amerika Serikat jika kargonya diperuntukkan bagi cadangan negara China.
Kedelai/Reuters
Kedelai/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – China akan mengganti biaya pembeli yang terkena tarif 25% untuk kedelai yang diimpor dari Amerika Serikat jika kargonya diperuntukkan bagi cadangan negara China.

Tambahan pajak yang dikenakan pada sejumlah produk pertanian AS mulai 6 Juli lalu sebagai pembalasan tarif dari Presiden AS Donald Trump senilai US$34 miliar pada barang konsumsi China. Pembeli untuk cadangan negara harus membayar tarif 25% sebelum kemudian diganti oleh pemerintah.

Setidaknya satu kapal tongkang yang mengangkut kedelai AS sedang dalam perjalanan menuju China saat ini untuk memenuhi cadangan negara. Li Qiang, Kepala Analis Shanghai JC Intelligence Co, menuturkan bahwa ada sekitar 20 kargo yang sudah dibeli sebelumnya untuk cadangan negara sudah dibatalkan.

“Harusnya ada kompensasi, karena kargo yang dibeli ditujukan untuk pemerintah,” kata Li, dikutip dari Bloomberg, Senin (9/7/2018). Sejumlah perusahaan China sudah membatalkan dan menjual kembali pembelian kedelai dari AS pada Jumat lalu.

Pengiriman kedelai tersebut tak sempat menyentuh China sebelum tarif mulai berlaku, dengan jarak sekitar 19 mil atau sekitar 30,5 kilometer dari pelabuhan Dalian.

Kargo bermuatan penuh Peak Pegasus terpaksa harus masuk dalam daftar 25% tarif karena melewati waktu pemberlakuan tarif. Pelabuhan tersebut dipadati oleh banyak kedatangan kargo kedelai dan pembongkaran muatannya membutuhkan waktu hingga beberapa pekan.

Kedelai telah menjadi kunci utama dalam kenaikan tensi perang dagang antara AS dan China karena China merupakan pengimpor terbesar di dunia untuk kedelai AS dan Amerika merupakan pelanggan terbesar dalam perdagangan senilai US$14 miliar pada tahun lalu.

Departemen Pertanian AS (USDA) melaporkan bahwa impor China kemungkinan bisa melebihi 100 juta ton pada 2018 – 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper