Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BURSA ASIA: Menguat Tipis di Awal Perdagangan, Pasar Pantau Pertemuan Trump-Kim

Bursa Asia bergerak terbatas pada perdagangan pagi ini, Selasa 912/6/2018), di saat pasar menantikan hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada pk. 09.00 waktu Singapura.
Bursa Asia pantau pertemuan Trump-Kim./.Reuters
Bursa Asia pantau pertemuan Trump-Kim./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA- Bursa Asia bergerak terbatas pada perdagangan pagi ini, Selasa 912/6/2018), di saat pasar menantikan hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada pk. 09.00 waktu Singapura.

Sementara itu, indeks dolar AS melonjak ke puncak dalam 3 minggu perdagangan terakhir.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menyentuh 573,31, seperti dikutip Reuters, Selasa (12/6/2018).

Indeks Nikkei di bursa saham Jepang naik 0,8%atau menjadi level tertinggi dalam tiga minggu tertinggi. Indeks di bursa saham Korea Selatan bertambah 0,1%. Indeks bursa saham Australia sedikit menguat, dan di Selandia Baru melemah 0,3%.

Dikemukakan investor di bursa Asia telah mengantisipasi akan ada hasil positif dari pertemuan puncak AS-Korea , yang akan mengakhiri nuklir berdiri di semenanjung Korea.

Pertemuan bersejarah antara Presiden AS Donald Trump dan Kim Jong Un Korea Utara akan dimulai pada pk. 09.00 waktu Singapura hari ini.

Menjelang KTT AS-Korea Utara, Trump mengatakan pertemuan itu bisa "berjalan dengan sangat baik" karena masing-masing mencoba mempersempit perbedaan tentang bagaimana mengakhiri kebuntuan terkait keberadaan nuklir di Semenanjung Korea.

"Ini tampaknya menjadi langkah pertama. "Jika memang ada niat tulus di kedua belah pihak untuk menggunakan KTT ini sebagai platform untuk negosiasi perjanjian damai yang serius, saya kira itulah yang akan terlihat hari ini," kata Ray Attrill, kepala strategi forex, National Australia Bank, Sydney seperti dikutip Reuters, Selasa (12/6/2018).

Kesepakatan denuklirisasi akan positif untuk Korea Selatan, karena aka nada dorongan pertumbuhan ekonomi ditengah dan memudarnya risiko geopolitik, analis Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah catatan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper