Bisnis.com, JAKARTA - Setelah sempat melejit secara signifikan, industri reksa dana nasional kembali terkoreksi. Pembelian reksa dana sepanjang bulan lalu mengalami penurunan.
Dari data yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total nilai aktiva bersih (NAB) per akhir Mei lalu tercatat senilai Rp504,39 triliun. Angka tersebut turun sebesar 0,61% dibandingkan totaal NAB per akhir April yang senilai Rp507,49 triliun.
Net subscription reksa dana juga anjlok hingga 65,7%. Pada bulan lalu net subscription tercatat hanya senilai Rp5,10 triliun, terpaut sangat jauh dibandingkan capaian pada bulan sebelumnya yang mencapai Rp14,87 triliun.
Kinerja pada bulan lalu itu sangat mengecewakan, mengingat pada bulan sebelumnya baik NAB maupun net subscription berhasil mencatatkan pertumbuhan yakni masing-masing sebesar 6,42% dan 188,73%.
Head of Investment Division PT BNI Asset Management Susanto Chandra menilai, pada bulan lalu masyarakat cenderung mengurangi porsi investasinya di industri reksa dana, dengan alasan momentum Lebaran.
"Ini karena persiapan Lebaran, sehingga alokasi dana untuk investasi terlihat menurun. Karena masyarakat perlu pengeluaran untuk kebutuhan Lebaran," katanya saat dihubungi, Selasa (5/6/2018).
Menjelang lebaran, tingkat konsumsi masyarakat memang meningkat. Hal inilah yang menurut Susanto mempengaruhi iklim investasi di pasar modal, termasuk industri reksa dana.
Penurunan ini merupakamn tren yang kerapkali terjadi menjelang Lebaran.
Namun menurutnya pada bulan depan tepatnya setelah Lebaran iklim investasi kembali normal. "Seharusnya setelah Lebaran porsi investasi dapat meningkat secara perlahan," ujarnya.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menambahkan, selain momentum Lebaran, banyaknya hari libur juga menyebabkan menurunnya pembelian reksa dana dalam satu bulan terakhir.
Kata dia, investor ritel untuk saat ini masih disibukkan dengan kegiatan liburan sejalan dengan banyaknya tanggal merah serta libur sekolah. Adapun investor institusi menunda pengambilan kebijakan karena terpangkasnya hari kerja.
"Jadi baik investor ritel maupun institusi terkena pengaruh dari momentum ini sehingga net subscription reka dana menurun," kata dia.
Adapun penurunan dana kelolaan menurutnya disebabkan karena penurunan harga saham dan obligasi pada bulan lalu. Meskipun pada pekan terakhir Mei lalu indeks harga saham gabungan (IHSG) dan obligasi sempat membaik, namun itu belum mampu mengangkat kinerja industri.
Dia meyakini, pada paruh kedua tahun ini industri reksa dana bakal menggeliat. Selain karena faktor makro ekonomi yang diprediksi membaik, iklim investasi juga akan berjalan normal karena minimnya hari libur dibandingkan semester pertama.
"Semester kedua akan bagus industri reksa dana karena minim hari libur dan kondisi ekonomi juga mendukung," harapnya.