Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perawatan maskapai, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. telah merealisasikan 52% dana yang diperoleh perusahaan dari hasil penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
Berdasarkan catatan perusahaan, emiten dengan kode saham GMFI tersebut memperoleh dana bersih sebesar Rp1,13 triliun saat melaukan IPO pada Oktober 2017. Sebesar 15% dari dana IPO digunakan perseroan untuk refinancing, 25% untuk modal kerja, dan sisanya 60% akan digunakan untuk pendanaan investasi.
“Kami sudah menggunakan dana IPO yng dialokasikan untuk refinancing dan modal kerja. Untuk pendanaan investasi, kami sudah menggunaan 12% dari dana IPO tersebut,” ungkap Presiden Direktur GMFI Iwan Joeniarto, akhir pekan lalu.
Dalam paparan publik yang dilaksanakan GMFI pada 30 April 2018, Iwan menyampaikan perseroan menyiapkan US$100 juta pada tahun ini untuk keperluan investasi, di mana dana tersebut berasal dari dana yang diperoleh perusahaan dari IPO.
Dia menuturkan pada tahun ini perseroan akan kian agresif menjajaki pasar dari maskapai nonafiliasi atau di luar Garuda Indonesia. Pada kuartal I/2018, pendapatan perusahaan yang didapat dari maskapan nonafiliasi tumbuh 43,8.
Selain itu, Iwan menyampaikan perusahaan juga akan melakukan ekspansi ke beberapa pasar internasional seperti China, Australia, Timur Tengah, dan Afrika. Saat ini, perusahaan juga tengah menjajaki perluasan layanan untuk seluruh rute penerbangan maskapai Air Asia.
Baca Juga
Direktur Keuangan GMFI Insan Nur Cahyo menyebut perseroan ingin memperluas pasar internasional sebagai bagian dari ekspansi, merespons kondisi bisnis maskapai nasional yang tertekan pelemahan nilai tukar rupiah.
“Salah satunya adalah kami ingin meningkatkan service Air Asia sehingga [pelayanan GMFI] tidak hanya penerbangan yang di Indonesia,” ungkap Insan.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan pada pekan lalu, emiten dengan kode saham GMFI tersebut membukukan pendapatan US$115,93 juta pada kuartal I/2018. Nilai tersebut meningkat 9,27% dibandingkan capaian perseroan pada periode sama tahun sebelumnya (yoy).
Kendati membukukan kenaikan pendapatan nyaris double digit, entitas anak Garuda Indonesia tersebut mencatatan laba bersih tahun berjalan sebesar US$7,35 juta, tergerus cukup dalam yaitu 27,28% dibandingkan periode sama tahun lalu.
“Kenaikan pendapatan tersebut didapat dari kontribusi line Maintenance sebesar US420 juta dan Repair & Overhaul yang sebesar US$95,9 juta. Porsi tersebut sesuai dengan target perusahaan yaitu fokus pada bisnis perawatan komponen pesawat,” ungkap Iwan.