Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar dolar AS diperkirakan akan melanjutkan penguatan pada sepekan ke depan setelah berhasil mencapai level tertinggi dalam 2 pekan seiring dengan imbal hasil treasury AS yang positif.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sekelompok mata uang utama dunia mencapai level tertinggi dalam 2 minggu pada Jumat (20/4/2018) dengan ditutup naik 0,376 poin atau 0,42% menjadi 90,316.
“Imbal hasil treasury AS yang lebih tinggi telah berkontribusi terhadap kenaikan dolar,” kata Chuck Tomes, analis investasi senior di Manulife Asset Management di Boston, dilansir dari Reuters.
Imbal hasil treasury AS jangka menengah (10 tahun) dan jangka panjang (30 tahun) telah naik cukup tajam pada perdagangan akhir pekan lalu, masing—masing sebesar 5 basis poin (bps) ke level 2,91% dan 3,10%.
Kenaikan ini dinilai mendorong ekspektasi pelaku pasar bahwa inflasi di AS akan lebih tinggi dan adanya kenaikan tingkat suku bunga yang lebih cepat di Juni mendatang.
Tomes menuturkan, pejabat Federal Reserve memang telah mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada 2018 berdasarkan fakta dari pertumbuhan AS yang stabil, sementara gubernur European Central Bank (ECB) dan Bank of England (BoE) tampaknya tidak terburu—buru mendorong suku bunganya lebih tinggi setelah data ekonomi di Inggris dan Eropa mengecewakan.
Mata uang euro terhadap dolar AS mengalami penurunan mingguan tertajam dalam 2 pekan sebesar 0,39% di 1,2248 per dolar AS.
Adapun, pound sterling terhadap dolar AS merosot 0,4% menjadi 1,4032 per dolar AS, menyebabkan kerugian mingguan sebesar 1,4% yang akan menjadi terbesar dalam 10 minggu.
Analis Asia Trade Point Futures (ATPF) Andri Hardianto memproyeksikan bahwa dolar AS pada sepekan ke depan diperkirakan berpeluang mengalami penguatan lanjutan dari akhir pekan lalu.
“Dolar berpeluang menguat karena sentimen kenaikan suku bunga The Fed yang semakin kuat,” kata Andri kepada Bisnis, Minggu (22/4/2018).
Di samping itu, Andri menuturkan, greenback mendapatkan kekuatan dari keputusan Korea Utara untuk menunda uji coba nuklir yang cenderung membuat pasar sedikit tenang sehingga dapat memicu kembali aksi beli pada dolar AS.
“Kedua sentimen [kenaikan suku bunga dan meredanya geopolitik semenanjung Korea] akan lebih dominan dalam mendorong penguatan dolar AS,” lanjutnya.
Andri memproyeksikan pada sepekan ke depan kemungkinan indeks dolar AS bergerak di kisaran 90,00—90,60.
Rupiah Stabil
Seiring dengan kemungkinan menguatnya dolar AS, Andri memproyeksikan, mata uang garuda pada sepekan ke depan diperkirakan cenderung mengalami tekanan, namun terhitung masih stabil.
“Bank Indonesia akan melakukan intervensi agar rupiah tidak kembali menyentuh level psikologis Rp14.000 per dolar AS setelah kemarin berhasil break psikologis Rp13.800 per dolar AS,” jelas Andri.