Bisnis.com, JAKARTA--Meskipun ada harapan daya beli masyarakat akan membaik sepanjang tahun ini, tetapi sejumlah tantangan lain tampaknya masih akan memberatkan kinerja bisnis dan saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk. atau INDF pada 2018.
Stevanus Juanda, Analis UOB Kay Hian Sekuritas, mengatakan bahwa tahun ini laba INDF akan tumbuh sekitar 6,3% yoy. Proyeksi tersebut didasarkan atas estimasi pertumbuhan laba dari tiga divisi utama INDF.
Pertumbuhan laba divisi CBP dari entitas anaknya yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. diperkirakan akan sebesar 8,5% yoy. Turunnya nilai tukar rupiah akan turun meningkatkan biaya divisi CBP.
Dengan asumsi harga CPO tetap flat, OUB Kay Hian memproyeksikan pertumbuhan laba dari Indofood Agri Resources Ltd. hanya akan tumbuh 1,3% yoy. Sementara itu, pertumbuhan EBIT divisi bogasari diestimasikan sebesar 3,4% yoy.
“Kami mempertahankan rekomendasi hold atas saham INDF dan memotong target harga kami berdasarkan SOTP pada Rp7.900 dari sebelumnya Rp8.000 dengan level re-entry Rp7.100,” ungkapnya dalam riset, Rabu (11/4/2018).
OUB Kay Hian memperluas diskon konglomerat dari 15% hingga 20% untuk mencerminkan pertumbuhan laba yang lebih rendah dan pasar yang tertekan.
Adapun, saham INDF pada penutupan perdangan Rabu (11/4/2018) berakhir di posisi Rp7.225, turun 25 poin atau 0,34% dibandingkan dengan hari sebelumnya. Sepanjang 2018, saham INDF sudah turun 5,25% ytd.
Adapun, kinerja pertumbuhan laba INDF pada 2017 yang hanya 0,6% yoy senilai Rp4,17 triliun lebih rendah dibandingkan estimasi dari konsensus analis Rp4,4 triliun. Namun, capaian tersebut relatif sesuai dengan estimasi OUB Kay Hian Rp4,19 triliun.
Laba kuartal keempat INDF mencapai Rp926 miliar, turun 9,6% yoy dan 4,8% qoq. Pelemahan bisnis INDF pada kuartal keempat 2017 terutama disebabkan karena pelemahan di bisnis agribisnis dan distribusi. EBIT bisnis distribusi pada kuartal keempat 2017 turun 66% yoy, sementara agribisnis turun 67%.
Sementara itu, DBS Vickers Sekuritas memberi rekomendasi beli atas saham INDF dengan target harga Rp10.000, meningkat dari target awal Rp9.900. Rekomendasi ini didasarkan pada harapan manajemen INDF bahwa kinerja penjualan CBP akan membaik tahun ini karena ditopang pertumbuhan daya beli.
Manajemen INDF jgua menargatkan pertumbuhan volume penjualan divisi bogasari tumbuh 2%-4% tahun ini, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi DBS hanya 2%.
“Membaiknya konsumsi domestik, yang didukung oleh stimulus fiskal pemerintah dan pilkada, akan menjadi katalis kunci untuk menilai kembali saham INDF,” ungkap tim riset DBS Vickers.