Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja perusahaan efek sepanjang tahun ini diprediksi tidak begitu memuaskan seiring dengan adanya sentimen negatif dari dalam dan luar negeri pada paruh kedua tahun ini.
Direktur Utama PT Panca Global Kapital Tbk. (PEGE) Hendra Hasan Kustarjo mengatakan, sepanjang tahun lalu jumlah investor memang bertambah signifikan. Namun, hal tersebut tidak mampu mengerek nilai transaksi sehingga pendapatan broker juga tidak meningkat signifikan.
"Kenaikan investor dari sekitar 600.000-an menjadi di kisaran 1 juta tidak berbanding dengan nilai yang ditransaksikan. Jadi, memang tahun lalu jumlah transaksi yang tidak tinggi," katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Dia memprediksi, kondisi pada tahun ini tidak akan berbeda jauh dengan tahun lalu. Menurutnya, peningkatan nilai transaksi dan pendapatan dari bisnis broker tetap terbuka, tetapi cukup terbatas.
Menurutnya, pada paruh kedua tahun ini aktivitas politik di dalam negeri telah memuncak seiring dengan persiapan pemilihan presiden tahun depan. Kondisi ini, kata dia, akan berdampak pada pasar modal.
Hendra menambahkan, satu-satunya cara agar pasar modal tetap tahan menghadapi tekanan politik adalah dengan memperbanyak emiten yang melantai di bursa sehingga minat dan tingkat kepercayaan diri investor bisa stabil.
Baca Juga
"Investor akan melihat pilpres sebagai pertimbangan investasi. Kalau emiten bagus, ada banyak barang baru, tentu minat untuk melakukan transaksi tetap tinggi," ujarnya.
Berdasarkan laporan keuangan 2017, pendapatan dari bisnis perantara pedagang efek perseroan naik 27,77% menjadi Rp29,81 miliar dari Rp23,33 miliar pada tahun sebelumnya. Adapun, pendapatan dari bisnis penjamin emisi dan penjualan efek naik 33,55% menjadi Rp804 juta dari Rp601 juta pada 2016.
Adapun, kinerja bisnis perantara perdagangan efek PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk. sangat positif pada 2017. Tahun lalu, emiten dengan kode PADI ini mencatat pendapatan dari bisnis perantara perdagangan efek senilai Rp67,88 miliar, naik 1.674% dibandingkan tahun sebelumnya.
Direktur Utama PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk. Djoko Joelijanto menjelaskan, secara umum tingginya pendapatan yang berhasil dicatatkan pada tahun lalu banyak dipengaruhi oleh portofolio perseroan.
"Kami sendiri kebanyakan pendapatannya dari portofolio. Jadi kenapa kami punya bottom line bisa naik, karena kami punya portofolio bagus dan profitnya tahun lalu bagus," jelasnya.
Tahun lalu, total pendapatan PADI tercatat senilai Rp72,42 miliar atau naik hingga 811% dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai Rp7,94 miliar.
Djoko menambahkan, kinerja pendapatan sekuritas pada tahun ini sangat tergantung pada kondisi pasar dan sentimen yang berasal dari luar negeri. Menurutnya, ada dua negara yang akan mempengaruhi pasar modal Indonesia yakni Amerika Serikat dan China.
Adapun, dua isu yang diprediksi masih menjadi sentimen negatif yakni rencana Pemerintah AS untuk kembali menaikkan suku bunga acuan, serta isu perang dagang dengan China. "Kondisi internal solid, tapi eksternal kurang mendukung," kata dia.
Tanda-tanda itu menurutnya telah terlihat saat ini. Di tengah banyaknya emiten yang membagikan dividen, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih belum mampu bangkit seperti pada akhir tahun lalu dan awal tahun ini.
Atas dasar itu, Djoko pesimistis target pertumbuhan pendapatan perseroan sebesar 20% bisa terealisasi. "Target kenaikan pendapatan mungkin bisa naik sekitar 20% tahun ini. Tapi berhubung kondisi eksternal begitu kami tidak optimistis juga."
Sekuritas lainnya, PT Panin Sekuritas Tbk. (PANS) mencatatkan kinerja yang tidak memuaskan tahun lalu. Pendapatan dari bisnis perantara pedagang efek perseroan turun 3,68% menjadi Rp65 miliar dibandingkan dengan 2016 senilai Rp67,48 miliar. Sementara itu, pendapatan dari bisnis penjaminan emisi efek penjualan efek tumbuh hingga 928% menjadi Rp2,61 miliar.
Kemudian, PT Victoria Investama Tbk. tahun lalu hanya memperoleh komisi dari kegiatan penjamin emisi dan penjualan efek senilai Rp2,42 miliar, turun sebesar 76,26% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.