Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Berpotensi Menguat Dipicu Serangan Houthi ke Arab Saudi

Harga minyak mentah diperkirakan akan menguat di tengah sentimen terjadinya serangan pasukan Houthi ke Arab Saudi, produsen minyak mentah papan atas.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA -- Harga minyak mentah diperkirakan akan menguat di tengah sentimen terjadinya serangan pasukan Houthi ke Arab Saudi, produsen minyak mentah papan atas.

Pada perdagangan Jumat (6/4) pukul 14.44 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak teraktif Mei 2018 melemah 0,41 poin atau 0,65% menuju US$63,13 per barel di New York Merchantile Exchange.

Adapun, pada waktu yang sama harga minyak Brent untuk pengiriman Juni 2018 turun 0,38 poin atau 0,56% menjadi US$67,95 per barel di ICE Futures Europe yang berbasis di London.

Monex Investindo Futures (MIF) dalam publikasi risetnya pada Jumat (6/4) menuturkan, serangan pasukan Houthi terhadap kapal tanker super Arab Saudi yang terjadi pada pekan ini menunjukkan eskalasi berkelanjutan dalam upaya pasukan untuk mengalihkan perang di Yaman ke Arab Saudi dan fasilitas perminyakannya.

"Arab Saudi memasuki perang 3 tahun lalu, tetapi pertempuran proksi antara Arab Saudi dan Iran sejauh ini menambahkan banyak premium terhadap harga minyak. Namun, itu akan berubah jika Houthi yang didukung oleh Iran lebih berhasil dalam serangan mereka terhadap Saudi dan fasilitas minyaknya," papar MIF.

Arab Saudi merupakan negara produsen minyak mentah dunia yang berkontribusi besar pada pasar global. Produksinya tercatat telah mencapai 10 juta barel per hari (bph), sedikit lebih rendah dari produsen terbesar Rusia sebanyak 11 juta bph.

Jika pasokan minyak mengalami gangguan, maka harga akan mendapatkan dorongan ke atas meski Menteri Energi Saudi Khalid Al--Falih tampak berusaha menenangkan pasar dengan memposting status twitternya dengan mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan upaya putus asa yang tidak akan menghentikan pasokan minyak.

MIF menambahkan, di samping itu, harga juga bisa mengalami pelemahan seiring dengan munculnya kembali kecemasan akan perang dagang setelah Presiden AS Donald Trump mengusulkan tambahan kenaikan tarif impor dari China. Hal tersebut terbukti dari pergerakan harga minyak yang cenderung melemah di awal perdagangan hari ini, Jumat (6/4).

Menurut MIF, harga minyak yang bertahan di atas level US$64 per barel akan berpotensi bullish menuju level US$64,55 per barel.

"Harga akan mengalami pelemahan ke level US$62,70 per barel jika harga tertahan di bawah level US$64 per barel. Penembusan di bawah level tersebut akan menekan harga ke US$62,33 per barel dan berlanjut ke level US$61,90 per barel," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper