Bisnis.com, JAKARTA – Emiten menara telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. membukukan kinerja memuaskan sepanjang tahun lalu. Sepanjang 2017, perseroan membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp2,25 triliun.
Capaian laba bersih tersebut melonjak 224,8% jika dibandingkan dengan yang dikantongi perusahaan pada 2016 yaitu Rp723,2 miliar. Tower Bersama Infrastructure gencar melakukan perluasan titik menara telekomunikasi pada 2017. Padahal, laba bersih perseroan sempat terkoreksi 9,76% selama 2016.
Chief Executive Officer PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. Hardi Wijaya Liong mengungkapkan, pertumbuhan organik perusahaan pada tahun lalu berbalik tumbuh, dengan kontrak jangka panjang dari operator yang memastikan arus kas perusahaan stabil dan meningkat.
“Kami menambahkan 3.009 penyewaan gross yang terdiri dari 925 site telekomunikasi dan 2.084 kolokasi. Penambahan yang signifikan pada penyewa kolokasi telah meningkatkan rasio kolokasi atau tenancy ratio dari 1,63 pada Q4 2016 menjadi 1,71 di Q4 2017," ungkap Hardi menyertai laporan keuangan, Rabu (21/3/2018).
Per 31 Desember 2017, perseroan memiliki 23.018 penyewaan dan 13.509 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 13.461 menara telekomunikasi dan 48 jaringan DAS. Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 22.970, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,71.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, emiten dengan kode saham TBIG tersebut membukukan pendapatan sebesar Rp4,02 triliunatau naik 8,3% dibandingkan 2016 yang sebesar Rp3,71 triliun. Sebagai catatan, pada 2016, pendapatan TBIG juga meningkat pada kisaran 8,4%.
Per 31 Desember 2017, total pinjaman (debt) perseroan, di mana pinjaman dalam dolar Amerika yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp18,35 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp12,41 miliar.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp407 miliar, total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp17.946 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp12.000 miliar.
Chief Financial Officer TBIG Helmy Yusman Santoso mengungkapkan perusahaan memenuhi strategi konservatif untuk melindungi nilai seluruh utang yang sesuai dengan masa jatuh tempo sehingga pergerakan rupiah belakangan ini tidak berdampak buruk pada kinerja keuangan perusahaan
“Kreditur tetap merasa nyaman dengan tingkat leverage kami pada 4,9x rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan," ungkap Helmy.