Bisnis.com, JAKARTA--Kendati berbagai sentimen masih menyelimuti kinerja industri rokok nasional, kinerja PT Gudang Garam Tbk. diyakini dapat tetap positif sepanjang tahun ini. Apalagi, belakangan ramai terdengar soal langkah ekspansi anorganik perseroan yang berbasis di Jawa Timur tersebut.
Pada penutupan perdagangan Jumat (15/3), saham perusahaan tersebut tercatat menguat 0,8% atau naik 600 poin ke level Rp75.200. kendati demikian, sepanjang tahun berjalan, saham GGRM telah terkoreksi 10,26%.
Dari delapan analis yang dikonsensus Bloomberg sepanjang Maret 2018, 6 di antaranya merekomendasikan beli dengan target harga Rp84.500—Rp95.500, 1 merekomendasikan netral dengan TP Rp73.600, sedangkan JP Morgan merekomendasikan sell dengan target harga menyentuh Rp55.000.
Dalam riset yang dipublikasikan Kamis (15/3), Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya masih mempertahankan target price GGRM di level Rp91.000. Dia menyebut ada beberapa perkembangan terakhir yang berisiko membuat saham GGRM kian terkoreksi.
Perkembangan tersebut yaitu pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut untuk membangun Bandara di Kediri, GGRM akan membutuhkan 500 hektare lahan. Sejauh ini, perusahaan baru selesai mengakuisisi 30% dari kebutuhan tersebut.
Selain itu, Luhut juga menyebut kebutuhan investasi untuk pembangunan bandara tersebut mencapai Rp5 triliun, jauh di atas proyeksi Mirae Asset Sekuritas sebelumnya yaitu Rp2 triliun.
Baca Juga
“Dari pernyataan tersebut, investor berekspektasi ada tambahan belanja modal 35% per tahun, dengan asumsi bandara tersebut akan selesai dalam waktu 4 tahun. Estimasi kami, total investasi Rp5 triliun tersebut juga setara 60% laba bersih GGRM pada tahun ini,” ungkap Christine.
Isu lainnya yaitu setelah bandara tersebut selesai dibangun, GGRM akan menyerahkan pengelolaannya pada pemerintah atau PT Angkasa Pura II. Sejauh ini, belum ada pernyataan resmi dari PT Gudang Garam terkait perkembangan investasi bandara tersebut.
Sementara itu, Analis J.P. Morgan Aditya Srinath menyebut belanja masyarakat pada produk alkohol dan rokok menujukkan tren negatif. Hal ini tentu membawa dampak negative pula pada kinerja penjualan emiten rokok seperti GGRM dan HMSP.
Sejak awal Maret, J.P. Morgan konsisten memberikan outlook downgrade, mulai dari Rp77.300 hingga Rp55.000.