Bisnis.com, JAKARTA – Emiten petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. menyebut perusahaan dapat beradaptasi dengan kenaikan harga minyak dunia, karena proses pemulihan harga tidak berlangsung tiba-tiba.
Pada perdagangan Jumat (9/3) pukul 18.30 WIB, harga minyak WTI kontrak teraktif April 2018 naik 0,44 poin atau 0,73% menjadi US$60,56 per barel. Sebagai produsen naphta cracker, margin operasional Chandra Asri sangat bergantung pada pergerakan harga dunia.
Head of Investor Relations Chandra Asri Petrochemical Harry Tamin mengungkapkan kenaikan harga minyak dunia sejauh ini terjadi secara bertahap sehingga anak usaha Barito Pacific tersebut masih dapat melakukan adjustment terhadap harga bahan baku.
“Selama kenaikan tren harga minyak tidak mendadak, sehingga secara dinamika market, kami masih bisa menyesuaikan. Industri berbasis komoditas memang harus menghadapi siklus seperti itu,” ungkap Harry akhir pekan lalu.
Harry menyampaikan industri petrokimia berbasis minyak bumi memang sudah diuntungkan dari perlemahan harga minyak dalam beberapa tahun terakhir yang mampu meningkatkan margin laba perseroan.
Adapun, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. membukukan laba bersih sebesar US$319,15 juta sepanjang 2017, naik 6,3% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar US$300,12 juta. Pada 2017, TPIA mengantongi pendapatan US$2,42 miliar, naik 25,2% dibandingkan capaian pada tahun sebelumnya yang sebesar US$1,93 miliar.
Dalam keterangan resmi perseroan yang dipublikasikan belum lama ini, manajemen TPIA menyebut rekor kinerja finansial tersebut berasal salah satunya dari operasional yang diuntungkan oleh harga bahan baku yang rendah.
Dengan harga bahan baku yaitu minyak bumi yang rendah, perseroan yang 41,51% sahamnya dikuasai PT Barito Pacific Tbk. tersebut dapat meningkatkan utilisasi pabrik. Sepanjang tahun lalu, utilisasi pabrik perseroan telah mencapai 99%.
“Tahun ini prinsipnya kami tetap ingin mempertahankan utilisasi pabrik di atas 90%, dan ditambah beberapa pabrik hasil ekspansi yang akan selesai di 2018. Kami akan terus full running kalau tidak ada kendala yang mengharuskan shut down pabrik,” ungkap Harry.
Harry menyampaikan beberapa pabrik yang akan beroperasi pada tahun ini misalnya fasilitas produksi butadiene yang akan beroperasi pada kuartal II/2018 dan perusahaan produsen ban hasil JV Chandra Asri dengan Michelin yang ditargetkan beroperasi pada September 2018.
Wakil Ketua Umum Indonesia Aromatic, Olefin, and Platic Industry Association (Inaplas) Suhat Miyarso sebelumnya mengatakan perusahaan akan mampu mempertahankan harga produk kimia dan petrokimia tetap stabil jika harga minyak masih bertahan di level US$60-an per barel.