Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Ancam Harga Komoditas Industri Keseluruhan

Potensi terjadinya perang dagang yang disulut oleh rencana Presiden AS Donald Trump untuk menerapkan tarif pada komoditas baja dan aluminium diprediksi dapat menekan harga komoditas industri secara keseluruhan.
Industri baja/Bisnis.com
Industri baja/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Potensi terjadinya perang dagang yang disulut oleh rencana Presiden AS Donald Trump untuk menerapkan tarif pada komoditas baja dan aluminium diprediksi dapat menekan harga komoditas industri secara keseluruhan.

UBS Group AG memproyeksikan adanya risiko yang besar pada bahan baku industri jika terjadi perang dagang akibat sentimen dari rencana pemberlakuan tarif impor baja sebesar 25% dan aluminium sebesar 10% oleh Trump.

“Jelas jika masuk dalam perang dagang, komoditas industri akan terpengaruh secara negatif,” kata Dominic Schnider, kepala komoditas dan valuta asing Asia—Pasifik di unit manajemen kekayaan bank tersebut.

Schnider menuturkan bahwa risiko eskalasi global melonjak pada pekan ini akibat rencana Trump tersebut disamping provokasi kepergian penasihat ekonomi Presiden Gary Cohn. Hal itu menyebabkan harga komoditas industri sebagian besar melesu.

Secara terpisah, administrasi Trump sedang mempertimbangkan pengenaan tarif tambahan pada barang—barang China untuk menghukum Beijing atas dugaan pencurian kekayaan intelektual.

“Jika terjadi perang dagang ini, kita mungkin tidak akan mencapai percepatan pertumbuhan global menjadi 4,1% yang kita ekspektasikan pada tahun ini,” kata Schnider.

Michael O’Rourke, Kepala Strategi Pasar JonesTrading Institutional Services LLC menuturkan, langkah Cohn telah membuka gelombang ketidakpastian. Kemungkinan perang dagang akan melonjak drastis. Terpantau, harga komoditas industri mayoritas melemah lantaran sentimen—sentimen tersebut.

Pada perdagangan terakhir di Kamis (8/3), tembaga kehilangan sebanyak hampir 2% atau 117 poin menjadi US$6.833 per ton di London Metal Exchange. Adapun, harga seng turun 30 poin atau 0,92% menuju US$3.230 per ton.

Harga nikel ditutuo merosot hingga 320 poin atau 2,35% menjadi US$13.270 per ton. Harga timbal melemah 38 poin atau 1,60% menuju US$2.337 per ton. Adapun harga bijih besi mengalami pelemahan 1,74 poin atau 2,11% menjadi US$80,47 per ton, pelemahan 8 sesi berturut—turut dan terendah dalam 1 bulan.

Sementara itu, aluminium dan timah masih tercatat naik. Harga aluminium naik 9 poin atau 0,43% menjadi US$2.106 per ton dan timah menguat 170 poin atau 0,80% menuju US$21.545 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper