Bisnis.com, JAKARTA — Investor obligasi disarankan untuk mengalihkan investasinya ke seri-seri obligasi bertenor lebih pendek dengan kupon yang besar untuk memaksimalkan keuntungan di tengah periode yang volatile saat ini.
Ariawan, Head of Fixed Income Research Department BNI Sekuritas, mengatakan bahwa pasar obligasi Indonesia sebenarnya masih sangat menarik sebab menawarkan rata-rata imbal hasil yang tinggi dan didukung oleh kondisi fundamental ekonomi yang kuat.
Menurutnya, pada 2015 lalu yield surat utang negara (SUN) masih bisa turun di saat rupiah bergerak pada kisaran Rp13.000 – Rp14.000 per dolar AS. Mestinya, dengan kondisi yang sama saat ini pun tren yield masih bisa kembali turun atau tertahan di level yang lebih rendah.
Namun, pasar obligasi Indonesia masih tetap rentan terpengaruh oleh sentimen eksternal. Saat ini, sentimen eksternal menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya koreksi di indek obligasi komposit Indonesia atau ICBI sebesar 0,61% ytd per hari ini, Kamis (8/3/2018).
Yield US Treasury sudah dalam tren meningkat sejak awal tahun dan lalu diikuti oleh surat utang global lainnya. Yield SUN Indonesia pun akhirnya ikut meningkat dan mendorong terjadinya koreksi di pasar.
Ariawan mengatakan, secara jangka pendek investor pasti akan sangat memperhatikan perkembangan sentimen eksternal, terutama terkait kenaikan suku bunga Fed Fund Rate. Investor masih bertanya-tanya apakah kenaikan FFR akan sesuai estimasi awal, yakni 3 kali tahun ini, ataukah akan lebih agresif lebih dari 3 kali.
Baca Juga
Bila lebih dari 3 kali, tentu akan meningkatkan peluang semakin tingginya yield US Treasury dan pada akhirnya akan mendorong koreksi lebih lanjut di pasar obligasi dalam negeri.
Ariawan menilai, dengan yield yang cenderung naik saat ini, justru akan menjadi peluang emas bagi investor untuk kembali mengambil posisi ketika volatilitas pasar berakhir. Artinya, ada peluang lebih besar untuk mendapatkan capital gain begitu pasar membaik.
Namun, untuk jangka pendek, sebaiknya investor mempertimbangkan untuk memperpendek pilihan tenor dengan mengincar yang berkupon besar. Pasalnya, tenor pendek cenderung lebih tahan terhadap volatilitas.
“Pasar surat utang masih tetap sangat menarik, cuma strategi investor saja yang sebaiknya diubah. Kalau sebelumnya di tahun lalu yield cenderung turun dan investor perpanjang durasinya, ambil tenor panjang yang kuponnya kecil, sekarang kebalikannya, ambil yang tenor pendek dan kuponnya besar,” katanya, Kamis (8/3/2018).
Menurutnya, investor dapat kembali masuk ke tenor panjang ketika tekanan mereda. Hanya saja, saat ini masih sulit dipastikan sejauh mana volatilitas akan berlangsung di pasar surat utang global sebab pasar belum mendapat kepastian terkait rencana kebijakan suku bunga the Fed.
Bila ada kepastian, akan lebih mudah bagi investor untuk menyesuaikan strategi dan mengtur ulang portofolio. Harga obligasi akan dengan segera priced in dan kembali stabil. Namun, bila tidak ada kepastian, investor tidak bisa menghitung dan ketidakseimbangan pasar akan lebih lama.