Bisnis.com, JAKARTA–Harga minyak mentah dunia terpantau bergerak melemah lebih dari 1%, tertekan oleh ekspektasi peningkatan produksi minyak di Negeri Paman Sam di samping kuatnya dolar AS.
Asia Trade Point Futures (ATPF) dalam publikasi risetnya menuturkan bahwa pasar minyak saat ini masih dibayang—bayangi sentimen negatif dari lonjakan produksi minyak shale Amerika Serikat.
“Produksi minyak AS yang melonjak ke rekor 10,27 juta barel per hari pada pekan lalu tampaknya masih menjadi sentimen negatif yang membalut perdagangan minyak,” papar ATPF dikutip Bisnis.com, Kamis (22/2/2018).
Pada sesi perdagangan Rabu (21/2/2018), sentimen tersebut telah menekan laju harga minyak hingga ditutup melemah 0,42% di level US$61,33 per barel paska rilis data American Petroleum Institute (API).
Adapun, untuk pergerakan harga pada Kamis (22/2), perhatian pelaku pasar tertuju pada laporan Energy Information Administration (EIA).
Diperkirakan laporan EIA yang akan dirilis pada dini hari menunjukkan persediaan minyak mingguan AS naik menjadi 2,2 juta bph atau lebih tinggi dari pekan sebelumnya di level 1,8 juta bph.
Baca Juga
“Bila nantinya persediaan minyak AS kembali melonjak naik, harga minyak berpotensi kembali tertekan,” lanjutnya.
Sementara itu, analis Monex Investindo Futures Faisyal menuturkan, harga minyak bisa bergerak naik dalam jangka pendek, namun kenaikan berpotensi terbatas mengingat dolar AS tengah berada dalam tren penguatan.
“Level support terdekat harga minyak berada di US$60,80 per barel. Menembus level tersebut mendorong penurunan ke US$60,50 sebelum ke US$60,00 per barel. Sementara level resistan berada di US$61,20 per barel,” paparnya dalam publikasi risetnya hari ini.
Sebelumnya, American Petroleum Institute (API) melaporkan penurunan sebanyak 907.000 barel, namun data ini tidak cukup memberi penguatan pada harga minyak. West Texas Intermediate (WTI) sempat naik 0,4% lantaran ekspor minyak AS tercatat meningkat.
Pada perdagangan Kamis (22/2/201) pukul 12.40 WIB, harga minyak WTI kontrak April 2018 melemah lebih dari 1% menjadi US$61,06 per barel di New York Merchantile Exchange, sementara minyak Brent turun 0,72% menuju US$64,95 per barel di ICE Future Europe yang berbasis di London.