Bisnis.com, JAKARTA – Energy Information Administration (EIA) dalam laporan Short Term Energy Outlook (STEO) memperkirakan harga rata—rata minyak mentah Brent mencapai US$60 per barel di 2018 dan US$61 per barel di 2019.
Pada tahun sebelumnya, harga rata—rata minyak Brent mencapai US$54 per barel, naik US$10 per barel dari tahun 2016. Harga meningkat cukup mantap sampai paruh kedua di 2017 dengan ditutup pada level US$67 per barel di akhir tahun, level yang lebih besar dari rata—rata tahunan.
Sementara itu, pada saat ini harga terpantau melonjak ke level US$69,65 per barel setelah pelaku pasar meningkatkan prospek terhadap keseimbangan permintaan dan penawaran.
Kendati terus meningkat hingga saat ini, harga minyak mentah patokan global ini diperkirakan bergerak mencapai level lebih rendah dari harga saat ini lantaran berpotensi mendorong peningkatan produksi global untuk menggaet keuntungan yang lebih besar.
“Sebagian besar pergerakan harga ke atas dalam beberapa bulan terakhir mencerminkan berlanjutnya tingkat persediaan minyak global,” papar EIA.
Diperkirakan, persediaan minyak global akan meningkat sebesar 0,2 juta barel per hari (bph) pada 2018 dan sebesar 0,3 juta bph pada tahun berikutnya.
“Perkiraan persediaan yang dibangun pada 2018 dan 2019 akan memberikan kontribusi terhadap harga minyak mentah yang turun dari level saat ini menjadi rata—rata US$60 per barel selama kuartal I/2018. Harga diperkirakan relatif datar hingga 2019,” lanjutnya.
EIA menambahkan, harga rata—rata minyak harian dan bulanan dapat bervariasi secara signifikan dari perkiraan rata—rata tahunan karena perkembangan ekonomi global dan kondisi geopolitik dalam beberapa bulan mendatang berpotensi mendorong harga minyak lebih tinggi ataupun lebih rendah dari perkiraan STEO saat ini.