Bisnis.com, JAKARTA—Emiten jamu dan farmasi, PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) memproyeksikan pertumbuhan pendapatan pada 2018 bisa mencapai 15% year on year.
Direktur Keuangan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Venancia Sri Indrijati Wijono mengatakan strategi yang dilakukan dengan meratakan distribusi. Menurutnya, distribusi produk ke Kawasan Timur Indonesia masih sangat kecil dan perlu ditingkatkan.
“Target laba tahun ini dua digit, karena kami lebih fokus di segmen herbal, dan dari herbal gross profit margin kami jauh lebih besar,” ungkapnya di Jakarta, Rabu (31/1/2018).
Dia mengatakan target laba untuk tumbuh dua digit pada 2018 akan tercapai. Selain itu, ekspor pada 2017 sudah naik hingga 80% mengingat kontribusi ekspor terhadap penjualan masih sangat kecil.
Venancia menambahkan, kapasitas yang terpasang saat ini sudah mencapai 90 juta saset per bulan dan kapasitas hampir penuh. Saat ini, SIDO tengah menanti beroperasinya pabrik baru, sambungnya, pabrik tersebut akan memproduksi jamu cair. Menurutnya, bila pabrik baru selesai maka total kapasitas akan mencapai 200 juta saset per bulan.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Marlene Tanumihardja memproyeksikan SIDO akan lebih fokus pada merek yang sudah ada yakni Tolak Angin dan Kuku Bima. Dua produk ini memiliki brand awareness tertinggi yang masih menjadi tumpuan perusahaan.
Baca Juga
Marlene juga menambahkan, SIDO juga telah merambah bisnis di Filipina dan Nigeria, sehingga berpotensi mendorong kontribusi ekspor untuk mencapai 5%, sebab saat ini pasar di luar negeri berkontribusi sekitar 2% terhadap pendapatan SIDO.
Dia memproyeksikan nilai pendapatan dan laba bersih yang bakal dibukukan oleh SIDO pada 2018 masing-masing mencapai Rp2,75 triliun dan Rp515 miliar. Samuel Sekuritas memproyeksikan EBITDA emiten jamu dan farmasi pada 2018 masing-masing senilai Rp1,4 triliun dan laba per saham Rp34,3.