Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan bisnis sektor perbankan diperkirakan masih tetap ekspansif yang didukung dengan likuiditas yang meningkat dan rasio kredit bermasalah yang cenderung masih terkendali.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Taye Shim menjelaskan pertumbuhan pinjaman November mencapai 7.7% YoY dan 5.3% YTD. Pihaknya optimistis pertumbuhan kredit akan sekitar 6.9% sampai 8%, diperkirakan kenaikan besar dalam jumlah pinjaman pada akhir tahun. Pertumbuhan pinjaman bulan November terutama didorong oleh sektor pertanian, konstruksi & pertambangan, listrik dan gas, dan sektor rumah tangga.
Sejak awal tahun 2017, Net Interest Margin (NIM) tertekan. Pada 1H17, NIM mengalami penurunan sebesar 28bps, namun hanya turun 4bps setelah 1H17. Kita menyaksikan down tren NIM telah melambat dan diperkirakan akan terus berlanjut seperti ini. Likuiditas (Loan to Deposit Ratio atau LDR) stabil selama bulan November 2017 (+0.3%pt QoQ) atau likuiditas meningkat sedikit sebesar 1.7% pt YoY (90.7% pada Nov 2016 vs 89.0% pada Nov 2017).
Kualitas aset dikelola dengan baik pada November 2017 dan rasio Kredit Bermasalah (NPL) tercatat pada tingkat 2.89%, seperti yang kami perkirakan, di sekitar tingkat tahun 2016. 4 sektor yang telah kami sebutkan sebelumnya, pinjaman konstruksi & pertambangan merupakan satu-satunya pinjaman yang memiliki rasio NPL yang lebih tinggi dibanding rasio NPL industri dengan 3.9%.
Dengan tekad pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur dan indikasi positif baru-baru dalam sektor pertambangan, kami menyaksikan upaya bank untuk mengelola kualitas aset atau prosedur pemberian pinjaman yang ketat. Sementara Bank mengelola kualitas aset mereka, mereka juga telah mengelola efisiensi mereka, yang dapat dilihat melalui biaya operasional hingga pendapatan operasional (78.4% pada Nov 2017 vs. 80.6 pada Nov 2016).
Secara keseluruhan, kualitas aset yang dapat dikelola dan melambatnya tren penurunan limit NIM turun mendukung pandangan baik, namun pertumbuhan kredit sistem, yang merupakan top line untuk bank, akan menjadi tantangan pada tahun 2018.