Bisnis.com, JAKARTA—Permintaan batu bara diprediksi masih tetap tinggi, terutama dari importir terbesar dunia yaitu China. Sentimen tersebut mendorong proyeksi harga batu bara bergerak di kisaran US$98,50–US$107 per ton sepanjang 2018.
Sepanjang tahun ini, harga tercatat tumbuh 3,84%, sedangkan selama 12 bulan di 2017 harga batu bara berhasil tumbuh hingga 57,09%.
Tercatat, pada penutupan perdagangan Jumat (12/1), harga batu bara di bursa Newcastle kontrak teraktif Januari 2018 menurun 0,05 poin menjadi US$103,95 per ton, menurun 3 sesi berturut–turut.
Sejak memasuki 2018, harga batu bara sempat mencapai level tertinggi di US$105,80 per ton pada 9 Januari 2018 dan menyentuh level terendah di US$101 per ton pada 3 Januari 2018.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan, permintaan batu bara global sepanjang 2018 akan tinggi seiring kebutuhan batu bara China yang masih kuat di tengah kekurangan bahan bakar, terutama pada musim dingin.
Berdasarkan data Administrasi Umum Bea Cukai China, impor batu bara China meningkat mencapai 22,74 juta ton pada Desember 2017 dari bulan sebelumnya sebesar 22,05 juta ton. Kondisi itu didorong oleh pemerintah Beijing yang melonggarkan pembatasan pengiriman melalui beberapa pelabuhan.
Konsumen batu bara terbesar di dunia itu mengimpor 270,9 juta ton batu bara sepanjang 2017, naik 6,1% dari 2016. Angka tersebut merupakan titik tertinggi sejak 2014 .
Ibrahim memproyeksikan impor batu bara China kalori tinggi masih akan tinggi. Dia mengakui adanya diversifikasi produk bahan bakar dari batu bara ke gas alam.
Namun, menurutnya pemenuhan gas alam di Negeri Panda membutuhkan waktu 3–4 tahun untuk benar–benar melakukan pengalihan.
Hal itu pun didorong adanya ketidakmampuan Rusia mengirim gas alam sebanyak yang dipesan oleh China. Selain itu, China juga perlu membangun smelter dan pabrik tenaga gas alam, sementara saat ini masih tradisional menggunakan PLTU.
“Saya prediksi impor batu bara kalori tinggi China masih meningkat. Sentimen ini memicu penguatan harga. Diproyeksikan harga akan bergerak di kisaran US$98,50–US$107 per ton,” ungkapnya.