Bisnis.com, JAKARTA – Keseimbangan minyak mentah masih akan terancam kendati negara-negara OPEC melakukan pemangkasan produksi. Pasalnya, produksi minyak dari negara-negara non-OPEC justru mengalami pertumbuhan yang tinggi.
International Energy Agency (IEA) memangkas perkiraan permintaan minyak sebesar 100.000 barel per hari menjadi 1,5 juta barel per hari untuk tahun ini dan 1,3 juta barel per hari pada 2018.
Kondisi persediaan global yang turun lantaran terciptanya kepatuhan pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC telah mendorong harga minyak di atas US$60 per barel untuk pertama kalinya sejak 2015. Selain itu, ketegangan geopilitik di Timur Tengah juga disebut sebagai faktor pendorong kenaikan harga.
“Gambaran mengenai fundamental terjadinya keseimbangan pasar pada 2018 tidak terlihat seketat yang diinginkan beberapa orang,” kata Agensi IEA seperti dilansir Reuters, Rabu (15/11).
Output negara-negara Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) memang turun. Tercatat menurun sebesar 830.000 barel per hari secara year on year (yoy) pada Oktober. Di samping itu, permintaannya juga turun menjadi 32,6 juta barel per hari pada kuartal IV/2017 dan menjadi 32 juta barel per hari pada kuartal I/2018.
Persentase kepatuhan dalam memangkas produksi sebanyak 1,8 juta barel per hari dari negara OPEC bersama 10 mitra telah mencapai 96% pada Oktober, tertinggi sejak kesepakatan itu dimulai pada Januari 2017.
Di waktu yang bersamaan dan saling timbal balik, produksi minyak negara-negara OPEC justru mengalami pertumbuhan yang pesat. Produkse non-OPEC diperkirakan tumbuh 700.000 barel per hari pada tahun ini dengan tambahan produksi sebanyak 1,4 juta barel per hari pada 2018.
Dengan menggunakan skenario tingkat produksi OPEC saat ini yang dipertahankan, IEA menuturkan pasar minyak menghadapi tantangan yang sulit di kuartal II/2018 dengan pasokan yang diperkirakan melampaui permintaan sebesar 600.000 barel per hari diikuti surplus lain 200.000 barel per hari pada kuartal II/2018.
IEA mengungkapkan pertumbuhan permintaan minyak global cenderung lebih lambat dalam beberapa bulan mendatang. Pasalnya, kondisi suhu yang lebih hangat akan mengurangi konsumsi sehingga membuat pasar kembali mengalami surplus pada semester pertama tahun depan.
“Dalam tiga bulan terakhir pada tahun ini, pertumbuhan diperkirakan akan meningkat menjadi 1,4 juta barel per hari kendati kondisi suhu dan kenaikan harga akan menahan permintaan,” tulis IEA.