Bisnis.com, JAKARTA—Membaiknya iklim bisnis pertambangan pada tahun ini mendorong kinerja keuangan emiten alat berat PT Intraco Penta Tbk pada sembilan bulan tahun ini yang tumbuh sebesar 48%.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, jumlah pendapatan usaha perseroan pada sembilan bulan tahun ini mencapai Rp1,53 triliun, sementara pada periode yang sama tahun lalu Rp1,03 triliun.
Kontributor tersebesar terhadap pendapatan perseroan masih berasal dari segmen penjualat atat berat dan suku cadang, yakni Rp1,22 triliun atau 79,6 % dari total pendapatan. Pertumbuhan segmen ini juga tertinggi, yakni mencapai 74% yoy.
Sementara itu, segmen jasa yang meliputi jasa perbaikan, persewaan dan pertambahan menyumbang Rp294 miliar atau 19% dari total pendapatan. Segmen ini tumbuh 60% yoy.
Di sisi lain, segmen pembiayaan menyumbang beban Rp51 miliar, berbalik dari tahun lalu yang masih menyumbang pendapatan Rp101 miliar. Segmen manufaktur meningkat dari Rp42 miliar menjadi Rp62 miliar, sementara segmen lain-lain relatif stagnan di kisaran antara Rp7 miliar hingga Rp8 miliar.
Tingginya peningkatan pendapatan usaha perseroan sayangnya harus diimbangi dengan peningkatan beban pokok pendapatan yang lebih tinggi. Beban pokok pendapatan perseroan tercatat senilai Rp1,40 triliun, meningkat 61% dibandingkan periode sembilan bulan tahun lalu Rp865 miliar. Peningkatan beban terutama pada beban bahan baku.
Alhasil, laba kotor perseroan justru turun dibandingkan tahun lalu. Pada sembilan bulan tahun ini, laba kotor perseroan tercatat Rp133 miliar, turun 21% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp169 miliar.
Kinerja pendapatan perseroan ini pun masih belum mampu mengimbangi beban-beban lainnya yang ditanggung perseroan sepanjang tahun ini yang justru meningkat dibandingkan tahun lalu.
Keuntungan kurs tahun lalu Rp96 miliar pun tahun ini berbalik menjadi beban Rp4 miliar. Pendapatan bunga dan denda turun dari Rp30 miliar menjadi Rp12 miliar. Sementara itu, beban penjualan, beban umum dan administrasi, beban keuangan semua meningkat.
Perseroan masih membukukan rugi bersih pada tahun ini dengan nilai yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Rugi bersih perseroan yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk perseroan mencapai Rp156 miliar, meroket 578% dibandingkan dengan rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp23 miliar.
Ekuitas perseroan masih tercatat meningkat dari Rp5,19 triliun akhir tahun lalu menjadi Rp5,31 triliun, sementara liabilitas meningkat dari Rp4,69 triliun menjadi Rp4,79 triliun pada periode yang sama.