Bisnis.com, JAKARTA – Reli harga minyak mentah berakhir pada perdagangan Kamis (28/9/2017) karena booming minyak shale masih menekan pasar..
Indeks West Texas Intermediate untuk pengiriman November turun 1,1% atau 0,58 poin ke level US$ 51,56 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman November melemah 49 sen dan ditutup pada US$57,41 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Data pemerintah A.S. yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan bahwa pengebor minyak AS meningkatkan output minyak hampir 9% selama tiga pekan terakhir. Kenaikan tersebut dapat mengimbangi kebijakan pengurangan pasokan OPEC dan mitranya seperti Rusia.
"Jika kita melihat tanda-tanda output AS meningkat, pasar benar-benar rentan saat ini. Kita mungkin akan melihat pelemahan sampai ada indikator nyata bahwa pasokan telah turun," kata Gene McGillian, manajer riset pasar Tradition Energy, seperti dikutip Bloomberg.
Minyak telah meningkat lebih dari 20% sejak akhir Juni di tengah perkiraan peningkatan permintaan, kembalinya kilang di Pantai Teluk setelah Badai Harvey, dan ancaman Turki untuk menghentikan pengiriman minyak mentah Kurdi melalui wilayahnya.
Selain itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia mendesak sesama produsen minyak untuk mengikuti kesepakatan pengurangan produksi, walaupun belum memutuskan perpanjangan masa kesepakatan yang berakhir Maret 2018 tersebut.